Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan telah menemukan sebuah lubang hitam supermasif dengan massa 3 miliar kali Matahari. Lubang hitam ini terbentuk di galaksi yang terletak sekitar 1,8 miliar tahun cahaya dari Bumi.
Galaksi bernama IRAS 20100-4156 itu terbentuk dari tiga galaksi spiral yang berada di tengah-tengah, yang bertabrakan satu sama lain. Penemuan lubang hitam supermasif di pusat tabrakan ini berawal dari kebetulan selama pengamatan uji teleskop baru CSIRO - Australian Square Kilometre Array Pathfinder (ASKAP).
Pada saat itu, astrofisikawan Lisa Harvey-Smith tengah menggunakan teleskop tersebut untuk secara rutin mengukur emisi maser yang datang dari IRAS 20100-4156. "Saya mengira ini akan menjadi hal yang biasa saja," kata Harvey-Smith kepada ABC, dikutip dari Science Alert, Sabtu (30/4/2016).
Akan tetapi, Harvey-Smith kemudian menemukan gas dalam maser tersebut bergerak pada kecepatan yang luar biasa cepat.
Bergerak pada kecepatan sekitar 600 kilometer per detik--dua kali lebih cepat dari prediksi para ilmuwan--di sekitar pusat IRAS 20100-4156, kecepatan gas tersebut mengisyaratkan lubang hitam supermasif yang terbentuk di pusat galaksi.
"Lubang hitam di pusat galaksi kita hanya 4 juta kali massa matahari. Jadi yang satu ini (lubang hitam bermassa 3 miliar kali Matahari, red.) adalah raksasa," ujar Harvey-Smith melanjutkan.
Gerakan sangat cepat dari gas tersebut, kata Harvey-Smith, memberi tahu kita betapa besarnya lubang hitam itu. Kemudian yang paling menarik adalah pengukuran langsung dari massa lubang hitam oleh hal-hal yang berputar-putar di sekitarnya.
Ketika galaksi bertabrakan seperti ini dan membentuk lubang hitam supermasif, muncul apa yang disebut starburst, sebuah area di mana bintang-bintang terbentuk pada tingkat abnormal tinggi.
Menurut Harvey-Smith, penemuan lubang hitam raksasa seperti ini dan mengetahui massanya, dapat membantu memberikan pemahaman lebih baik tentang bagaimana galaksi terbentuk di seluruh alam semesta.
"Kita ingin tahu apakah tabrakan galaksi dan pembentukan lubang hitam supermasif telah benar-benar mendorong tingkat pembentukan bintang yang kita lihat di galaksi dan bagaimana hal itu berubah sepanjang waktu," tutur Harvey-Smith.
(Why/Ysl)
Advertisement