Liputan6.com, Jakarta - Telkomsel menyelenggarakan kompetisi digital The Next Dev bagi pengembang aplikasi di Indonesia.
Diharapkan kompetisi ini bisa mempercepat penerapan smart city di Indonesia dan mengatasi segala permasalahan di perkotaan dan pedesaan Indonesia.
Dalam kompetisi yang digelar kedua kalinya oleh operator pelat merah tersebut, Telkomsel membebaskan para pengembang memilih 1 dari 9 subtema yang akan menjadi fokus pengembangan solusi. Adapun ke-9 tema tersebut adalah agrikultur, kemaritiman, usaha kecil dan menengah, pemerintahan, energi, pariwisata, kesehatan, pendidikan, dan transportasi.
Lalu, apa saja syarat untuk mengikuti kompetisi ini? Vice President Corporate Communications Telkomsel Adita Irawati menyebutkan persyaratan untuk mengikuti kompetisi The Next Dev antara lain warga negara Indonesia berusia 18 hingga 30 tahun. Selain itu, peserta dapat mendaftar secara individu maupun tim yang terdiri dari tiga orang.
Adita menambahkan, berbeda dengan sebelumnya, kompetisi ini akan dilakukan di 20 kota di Indonesia dari Banda Aceh hingga Ambon. "Tahun sebelumnya dilakukan di 10 kota di Indonesia," kata Adita saat dijumpai di Kawasan Kasablanka, Jakarta, Senin (9/5/2016).
Baca Juga
Lebih lanjut, ia mengemukakan, di akhir kompetisi 20 tim akan dipilih menjadi finalis yang memperoleh pelatihan dan pendampingan intensif dari pakar.
"Pendampingan dilakukan untuk mengembangkan technical maupun soft skills, mulai dari teknik melakukan coding, marketing skills, hingga communications skills," ujar perempuan berjilbab itu.
Hadiah yang akan diterima oleh tiga pemenang di antaranya adalah akses pasar, publisitas, mentoring, study visit ke pelaku industri di luar negeri, serta peluang memperoleh pendapatan melalui kolaborasi dengan stakeholder terkait.
Pada 2015 The NextDev berhasil mendapatkan atensi dari pengembang muda di Indonesia dengan jumlah aplikasi yang ikut kompetisi sebanyak 500 ide.
Kemudian, ratusan ide itu diseleksi menjadi 20 tim yang dianggap paling sesuai dengan visi Smart City Indonesia. Selanjutnya terpilih tiga aplikasi yang dianggap terbaik, di antaranya adalah aplikasi wisata Jejakku, Rumah Sinau, dan Gandeng Tangan.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan program ini selaras dengan yang dilakukan pemerintah. "Kominfo juga membuat hal sejenis tapi betul-betul ditujukan untuk aplikasi di desa," kata Rudiantara.
Pria yang akrab disapa Chief RA itu menjelaskan, dalam membuat aplikasi, perlu dipikirkan juga mengenai ekosistemnya, misalnya jaringan. Menurutnya, tanpa ada ekosistem dan pendampingan terhadap pengguna maupun pengembang, apa yang dilakukan tidak akan membuahkan hasil.
"Karena itu pendekatannya ke ekosistem, diberi pendampingan memakai aplikasi untuk apa saja. Kemudian dari sisi network, kalau ada aplikasi tapi tidak ada network itu percuma," ujar pria yang merupakan ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Padjadjaran periode 2015-2020.
(Tin/Why)