Cerita Srikandi Penggerak Ekosistem Android Indonesia (Bagian II)

Hasna mulai menggeluti dunia TI sejak di bangku SMK. Namun, seiring waktu berjalan ia menyadari adanya sebuah isu gender yang sangat janggal

oleh M Hidayat diperbarui 28 Jun 2017, 08:00 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2017, 08:00 WIB
Hasna mulai menggeluti dunia TI sejak di bangku SMK. Namun, seiring waktu berjalan ia menyadari adanya sebuah isu gender yang sangat janggal
Hasna mulai menggeluti dunia TI sejak di bangku SMK. Namun, seiring waktu berjalan ia menyadari adanya sebuah isu gender yang sangat janggal

Liputan6.com, Jakarta - Di artikel sebelumnya kami membahas Nila Wilda Al Aluf, seorang perempuan kelahiran Situbondo, 24 September 1993, yang sudah jatuh cinta dengan dunia TI sejak duduk di bangku SMA.

Ia sempat mengikuti Indonesia Android Academy dan Google I/O Extended pada 2015 silam. Bahkan baru-baru ini ia lulus sebagai peserta level intermediate sekaligus fasilitator level beginner pada program Indonesia Android Kejar batch ketiga term pertama 2017.

Kisah srikandi muda penggerak ekosistem Android Indonesia lainnya datang dari seorang mahasiswi semester enam Politeknik Elektronika Negeri Surabaya jurusan TI, Hasna Khairunnisa. Hasna mulai menggeluti dunia TI sejak duduk di bangku SMK. Namun, seiring waktu berjalan Hasna menyadari adanya sebuah isu gender yang sangat janggal.

"Menyedihkan saat saya menyadari bahwa siswi atau mahasiswi di bidang TI cenderung mengandalkan siswa atau mahasiswa di setiap tugas atau studi kasus yang diberikan oleh guru atau dosen," kata Hasna mengawali ceritanya kepada Tekno Liputan6.com.

Ia memerkirakan, kurang lebih hanya dua puluh persen perempuan yang benar-benar punya passion di bidang TI, memilih sekolah atau kuliah di bidang TI, dan berjuang sendiri dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah atau kuliah.

"Selebihnya, (mereka) ‘menggantungkan diri’ pada teman laki-laki. Kaya gitu aja terus sampai mau lulus, pas udah mau tugas akhir, (mereka) baru kelimpungan. Kalau gitu terus, mereka kapan bisanya?" lanjut Hasna yang merupakan fasilitator Indonesia Android Kejar level beginner tersebut.

Ia pun tergerak untuk dapat mengubah kondisi ini dan mencoba mengajak teman-teman perempuannya untuk tidak lagi memilih berkelompok dengan para lelaki ketika mendapat tugas atau ujian, melainkan membentuk kelompok belajar sesama perempuan. Terinspirasi dari Seminar WomenTechmakers yang diadakan setelah acara Hackathon Indonesia Android Kejar (IAK) tahun lalu, ia menjadikan IAK batch ketiga term pertama kemarin sebagai sarana yang tepat untuk langsung mempraktikkan usahanya ini.

Untuk diketahui, ia baru saja meluluskan enam belas peserta di kelasnya pada term kemarin. Hasna sendiri juga telah lulus sebagai peserta IAK level intermediate tahun lalu.

“Alhamdulillah, (saya) berhasil menjadikan teman-teman (sebagai) delapan orang fasilitator IAK yang setiap kelasnya diikuti 15-20 orang peserta level beginner khusus untuk Women-only Class," papar Hasna dengan sangat antusias.

Peserta sebanyak itu, kata Hasna, merupakan hasil kerja sama dengan organisasi himpunan jurusan dan komunitas Android lingkup jurusan. "Terbukti, ketika mereka dikelompokkan di kelas khusus perempuan, mau enggak mau mereka harus bisa sendiri, dan pada akhirnya mereka bisa kok mandiri," pungkas Hasna.

Indonesia Android Kejar (Kelompok Belajar) adalah sebuah program inisiasi Google Developers guna mendukung seluruh masyarakat Indonesia di bidang pengembangan aplikasi Android. Program ini pada praktiknya memanfaatkan platform kursus online Udacity untuk mengembangkan aplikasi mobile dengan membentuk kelompok-kelompok belajar di komunitas-komunitas lokal yang ada.

Secara berkelanjutan Indonesia Android Kejar akan terus dilangsungkan sebagai bentuk nyata komitmen Google dalam membantu pemerintah Indonesia mempersiapkan 100.000 mobile developer hingga tahun 2020.

(Why) 

Tonton video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya