Liputan6.com, Jakarta - Pada umumnya kurikulum pendidikan jenjang SMA dan sederajat di Indonesia masih mengharuskan siswanya memelajari seluruh mata pelajaran, mulai dari pendidikan agama, matematika, bahasa, hingga kesenian. Siswa wajib membagi fokusnya ke setiap mata pelajaran supaya lulus di setiap jenjang kelas.
Namun sebuah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di daerah Jonggol memberanikan diri untuk mengambil jalur berbeda. Seluruh siswa SMK Madinatul Quran (MQ) hanya diwajibkan mempelajari pendidikan Agama Islam dan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) yang termasuk ke dalam Teknik Komputer Jaringan (TKJ). Siswa di sana bahkan selalu dimotivasi untuk mengaktualisasikan diri melalui prestasi masing-masing di luar sekolah.
Adalah Muhammad Raihan Parlaungan, seorang siswa kelas 10 SMK MQ yang menjadi fasilitator tingkat pemula (beginner) Indonesia Android Kejar (Kelompok Belajar) batch ketiga term pertama 2017.
Advertisement
Baca Juga
Sebagai salah satu fasilitator termuda di antara 69 fasilitator domisili Jabodetabek lainnya, Paung, begitu remaja ini akrab disapa, mengungkapkan alasannya menjadi fasilitator Android Kejar. Ia ingin terus berbagi ilmu RPL yang dimilikinya supaya bermanfaat bagi banyak orang, sehingga makin banyak pengembang Android berkualitas di Indonesia.
Di usia 15 tahun, Paung menjadi salah satu fasilitator Android Kejar termuda yang meluluskan sejumlah peserta di kelasnya. Pada saat duduk di kelas 7 SMP ia mulai tertarik memelajari bahasa pemrograman secara otodidak untuk dapat menjadi newbie hacker. Hingga saat ini ia telah membuat sejumlah aplikasi mobile seperti Jurnal Devslim, Doa Sehari-hari, Huruf & Angka, Kabar SMK MQ, dan Homework Discussion yang telah tersedia di Google Play Store.
Semangat Paung begitu menggelora. Bersama lima temannya yang juga ikut serta pada program ini, baik sebagai fasilitator maupun peserta, ia menumpang truk dari sekolahnya di daerah Jonggol untuk dapat menghadiri sesi kelompok belajar yang telah dijadwalkan di sekitar Bogor dan Depok.
"Hal yang paling berharga dengan menjadi fasilitator di Android Kejar, saya dapat sharing seluruh ilmu terkait RPL yang saya miliki khususnya tentang mobile application ke hampir semua peserta di kelas saya yang memang umurnya di atas saya dan dengan latar belakang IT berbeda-beda," kata Paung.
Ia menilai hal itu menjadi tantangan tersendiri baginya yang berhasil ia lewati. "Ketika melihat mereka pada akhirnya dapat membuat aplikasi mereka dengan baik, it’s priceless," pungkas Paung selepas penyematan jaket Google Developer kepada seluruh fasilitator.
Android Kejar pada praktiknya memanfaatkan platform kursus online Udacity untuk mengembangkan aplikasi mobile dengan membentuk kelompok-kelompok belajar di komunitas-komunitas lokal yang ada. Secara berkelanjutan Indonesia Android Kejar akan terus dilangsungkan sebagai bentuk nyata komitmen Google dalam membantu pemerintah Indonesia mempersiapkan 100.000 mobile developer hingga tahun 2020.
Selanjutnya pendaftaran Android Kejar term kedua batch ketiga telah dibuka sejak 25 Mei 2017 dan akan ditutup pada 25 Juni 2017. Sesi kelompok belajar term kedua akan dimulai pada akhir pekan pekan pertama bulan Juli mendatang. Informasi lebih lengkap mengenai Indonesia Android Kejar dapat ditemukan di g.co/dev/androidkejar.
(Why/Isk)