Liputan6.com, Jakarta - Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan dua faktor pendorong untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020.
Baca Juga
Advertisement
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara, menjelaskan pemerintah terus berusaha memperkuat berbagai sektor agar bisa mewujudkan Indonesia sebagai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.
Dari segi infrastruktur, katanya, salah satu yang tengah digenjot oleh pemerintah adalah penyelesaian proyek pembangunan serat optik nasional Palapa Ring yang ditargetkan rampung pada akhir 2018 atau paling lambat awal 2019.
Dari sisi SDM, pemerintah kemungkinan akan lebih mempermudah tenaga kerja asing masuk ke Indonesia. Hal ini agar pelaku bisnis digital di Indonesia, khususnya startup, bisa mendapatkan wawasan dan ilmu baru yang mungkin terbatas di sini.
“Kita sudah siap (ekonomi digital terbesar). Untuk SDM, kemungkinan akan mempermudah tenaga kerja asing yang punya kemampuan tertentu saja, tidak semuanya,” jelas Rudiantara dalam acara IADF 2018 di kawasan Jakarta, Kamis (1/2/2018).
Bakat-bakat asing ini akan berada di Indonesia untuk membantu startup dan yang sudah menjadi unicorn. “Kalau kita mau maju, kita harus cari talent. Kalau tidak ada di Indonesia, ya harus cari ke luar,” sambungnya.
Bakat Asing Bantu Startup Indonesia
Selain itu, Rudiantara menilai cara ini lebih baik ketimbang startup lokal membuka kantor di luar negeri.
“Mereka (bakat asing) nanti bantu startup Indonesia daripada startup Indonesia bikin perusahaan di India. Lebih baik orang India yang ke sini. Setidaknya kalau mereka ke sini, mereka belanja menggunakan Rupiah bukan dollar,” ungkap pria yang akrab disapa Chief RA tersebut.
India sendiri termasuk salah negara di Asia yang dikenal memiliki banyak bakat hebat soal TIK. Negara lain yang juga sama adalah Tiongkok.
Kemenkominfo sendiri, sambung Rudiantara, telah membatasi program beasiswa luar negeri hanya ke dua negara tersebut.
“Alasannya karena keduanya adalah kiblat ekonomi digital. Talent-talent ada di India, ekonomi digital ya di Tiongkok,” tukasnya.
Advertisement
Sekilas IADF
IADF yang diprakarsai oleh Indonesia dan Australia ini berawal dari pertemuan Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Malcolm Turnbull pada tahun lalu di Sydney.
Salah satu kesepakatan yang perlu ditindaklanjuti dari pertemuan tersebut adalah kerja sama bidang ekonomi digital dengan menjadi co-host penyelenggaraan digital forum di Indonesia.
Kedua kepala negara berharap forum ini mampu meningkatkan kerja sama di bidang teknologi, sains, inovasi dan ekonomi digital antara Indonesia dan Australia.
Sekretaris Ditjen Aplikasi Informatika Mariam F. Barata mengapresiasi kegiatan IADF dengan harapan dapat menjadi kegiatan tahunan dan ditindaklanjuti kerja sama bilateral yang berbasis Confident Building Measure (CBM) diantara kedua negara.
“Kerja sama dapat dilakukan dalam capacity building sumber daya manusia, kampanye kesadaran bertransaksi elektronik, literasi digital dan lain sebagainya. Saya berharap forum ini mampu meningkatkan kerjasama bilateral Indonesia-Australia,” ungkap Mariam dalam sambutannya di Cyber Security Stream IADF, Hotel Fairmont Jakarta, Rabu (31/01/2018).
Beberapa pembicara dalam dan luar negeri akan berbagi pengetahuan dan pengalaman di bidangnya termasuk CEO Telstra, Kepala Bekraf Triawan Munaf, co-founder Impact Hub Jakarta Stephanie Arrowsmith, Sekretaris Jenderal APJII Henry Kasyfi Soemartono, Country Director Google Indonesia Tony Keusgen dan Founder Medico Grace Tahir.
(Din/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: