Liputan6.com, Jakarta - Informasi palsu seputar penyadapan smartphone kembali beredar melalui aplikasi chatting. Kali ini, dalam isi pesan menyebutkan, seseorang dapat mengetahui apakah smartphone-nya disadap atau tidak dengan cara menekan *#21#.
"Kepada rekan-rekan untuk berhati-hati dari kemungkinan penyadapan nomor HP kita. Anda bisa melakukan pengecekan sekarang juga di hp anda sendiri dengan mengetik :*#21#Lalu tekan/sentuh tombol Call. Maka akan ada respon dengan memunculkan tampilan :
Voice : Tidak diteruskan
Advertisement
Data : Tidak diteruskan
Faks : Tidak diteruskan
SMS : Tidak diteruskan
Paket : Tidak diteruskan
PAD : Tidak diteruskan
Sinkron : Tidak diteruskan
Tidak Singkron : Tidak diteruskan
Apabila ada salah satu yg DITERUSKAN, maka bisa dipastikan Nomor anda telah disadap!!! Semoga Bermanfaat...," tulis pesan tersebut.
Baca Juga
Setelah ditelusuri, kombinasi *#21# sebenarnya digunakan untuk mengaktifkan call forwarding atau pengalihan panggilan. Jadi, fitur ini akan mengalihkan panggilan yang masuk ke nomor utama apabila tak dapat dihubungi.
Saat dikonfirmasi terkait pesan ini, Pakar Keamanan dan Kriptografi Pratama Persadha juga menyebut kabar itu tidak benar. Menurutnya, fitur ini memang digunakan untuk mengalihkan panggilan masuk.
"Call forwarding ini sebenarnya digunakan apabila telepon milik kita akan disambungkan ke saluran lain PSTN, mailbox, dan lain-lain," tuturnya saat dihubungi Tekno Liputan6.com, Rabu (21/2/2018) di Jakarta.
Terkait kemungkinan fitur call forwarding yang aktif tanpa diketahui pengguna, menurut Pratama, besar kemungkinan hal itu memang pengaturan bawaan dari kartu SIM milik operator.
Aksi Penyadapan Sebenarnya Lebih Canggih
Pratama juga menuturkan, teknologi penyadapan yang ada sekarang ini sebenarnya sudah canggih. Menurutnya, dengan teknologi saat ini, seseorang tak akan sadar kalau dirinya sedang disadap.
"Teknologi penyadap sekarang sudah canggih. Orang tak akan sadar kalau disadap. Apalagi, kalau penyadapnya memiliki sistem lawful intercept yang terhubung langsung ke operator," ujarnya menjelaskan.
Pria yang juga menjabat sebagai Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC (Communication and Information System Security Research Center) ini menyebut aksi penyadapan itu hampir sulit dirasakan oleh korban.
"Paling yang bisa merasakan penyadapan itu sedikit. Misalnya, penyadap menggunakan trojan di handphone atau menggunakan tactical intercept yang bisa dibawa ke mana-mana," tuturnya menutup pembicaraan.
Advertisement
Masuk ke Situs Turn Back Hoax
Kepastian kabar ini palsu juga dapat diketahui dari situs TurnBackHoax.ID yang dikelola oleh Masyarakat Anti Hoax Indonesia (MAFINDO). Dalam satu unggahan tertanggal 1 November 2017 dipastikan pula informasi ini adalah hoax.
Unggahan itu juga berisi sejumlah alasan mengapa pesan berantai itu merupakan kabar palsu. Bagi kamu yang ingin mengetahui penjelasan tersebut dapat langsung mengakses situs TurnBackHoax.ID.
Sekadar informasi, situs ini merupakan arsip hasil diskusi grup Forum Anti Fitnah, Hasut dan Hoax (FAFHH) di Facebook. Masyarakat juga dapat bertukar informasi melalui grup tersebut.
(Dam/Isk)
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Advertisement