5 Teknologi Canggih Ini Sudah Lebih Dulu Dimiliki Hewan

Kita harus berterima kasih pada hewan karena telah jadi berbagai inspirasi yang memudahkan kehidupan.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Mei 2018, 08:00 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2018, 08:00 WIB
20151017-Lumba-Lumba-Albino
Lumba-lumba di kategorikan sebagai ikan yang paling bersahabat. Lumba-lumba albino memiliki ukuran yang lebih besar daripada Lumba-lumba pada normalnya. Memiliki Ukuran 2 - 3,5 Meter dan bahkan bisa tumbuh lebih dari itu. (akuaturk.com)

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi canggih tentu membantu meringankan hidup kita. Bahkan, jumlahnya sangat banyak dan sering kali kita lupakan.

Namun, jika kita melihat ada sebuah penemuan baru oleh para ilmuwan, hampir bisa dijamin kalau hal tersebut tak benar-benar 'baru'.

Ya, banyak sekali penemuan dan terobosan baru di ilmu pengetahuan yang mengambil inspirasi dari alam. Dari bagaimana alam bekerja, dari tumbuh-tumbuhan, dan dari perilaku hewan.

Dalam aspek ini, hewan juga banyak ikut andil. Bisa dibilang, kita harus berterima kasih pada hewan karena telah jadi berbagai inspirasi yang memudahkan kehidupan kita. Mereka memiliki cara kerja yang bahkan bisa dibilang secanggih teknologi yang baru muncul pada zaman sekarang.

Berikut daftar teknologi canggih yang sudah lebih dulu hadir di hewan. Apa saja? Berikut rangkumannya.

Rem Udara

Lomba Berburu dengan Elang di Kyrgyztan
Salah satu elang milik peserta saat World Nomad Game 2016, Kyrgyztan, Senin (5/9). Salah satu tradisi Suku Kyrgyz adalah memelihara burung elang untuk menemani mereka berburu. (AFP PHOTO / Vyacheslav OSELEDKO)

Ketika naik pesawat sebelum mendarat, pernahkah kamu mengamati bagian sayap dan melihat bilah-bilah kecil muncul di sepanjang sayap?

Ternyata, bilah ini adalah semacam rem udara untuk mencegah pesawat mogok ketika melambat.

Teknologi canggih ini tentu dipikirkan masak-masak oleh para ilmuwan penerbang. Namun, burung memiliki versi sendiri dari teknologi pintar ini.

Hal tersebut berupa bulu yang disesuaikan secara khusus. Bulu burung dibagi secara luas menjadi bulu primer dan bulu sekunder, yang beberapa di antaranya sangat penting untuk terbang. Sisanya, biasanya hanya untuk keindahan saja.

Terdapat beberapa bulu yang bertugas untuk membantu stabilisasi burung ketika akan mendarat atau terbang lambat. Jadi, burung juga memiliki bulu yang bertugas seperti slot yang ada di sayap pesawat.

Sonar

Lumba-lumba di Ancol
Menakjubkan, Ternyata Begini Proses Lumba-Lumba Berkembang Biak

Kapal, kapal selam, dan berbagai peralatan untuk melaut, biasanya dilengkapi sonar untuk navigasi, menghindari rintangan di laut, atau juga melacak target bawah air.

Sonar sendiri bekerja dengan memancarkan suara pada frekuensi tertentu, dan menyebarkan gelombang tersebut ke sekelilingnya.

Jika gelombang sonar tersebut memantul ke sebuah benda padat dan kembali ke perangkat pemancarnya, perangkat bisa mengumpulkan informasi tentang bentuk, ukuran, dan jarak benda.

Memang hal ini berguna bari para pelaut, terutama angkatan laut. Namun hal ini mengambil inspirasi dari paus dan lumba-lumba yang memang memiliki insting tersebut.

Paus dan lumba-lumba bahkan bisa membedakan benda-benda yang sangat kecil dari jarak sejauh 15 meter dengan kemampuan sonar mereka.

Antara sonar milik militer dan paus serta lumba-lumba, ternyata menggunakan frekuensi yang sama: yakni antara 100Hz dan 500Hz.

Panel Surya

Ilustrasi salamander (iStock)
Ilustrasi salamander (iStock)

Menurut informasi Scientific American, baru-baru ini sekelompok ilmuwan mempelajari salamander dan menemukan bahwa embrio hewan ini mengandung alga. Jadi, bayi salamander yang belum menetas, di dalamnya terdapat alga.

Alga ini bertahan hidup dengan memakan limbah yang yang dihasilkan oleh embrio salamander tersebut. Akhirnya alga bisa menghasilkan energi dan nutrisi bagi bayi salamander yang sedang berkembang.

Bisa disimpulkan bahwa alga ini membawa energi untuk bayi salamander dari fotosintesis, yang pada dasarnya adalah proses pengubahan sinar matahari menjadi energi. Tentu hal ini adalah hal yang sama dengan panel surya yang mengubah sinar matahari menjadi listrik.

Sistem Kedap Suara

La chouette d’or, burung hantu emas
(Foto: Huffington Post) Ilustrasi burung hantu emas

Jika kamu pernah menghabiskan waktu di ruangan kedap suara, ternyata untuk membuatnya tak sesederhana itu. Mulai dari lapisan insulatif, bahan penyerap, dan berbagai bahan lain. Namun hal ini ternyata telah dilakukan sebelumnya oleh burung hantu.

Burung hantu adalah hewan yang mangsanya adalah hewan-hewan berpendengaran tajam, seperti tikus. Jadi mereka sudah memanfaatkan berbagai elemen di pengedapan suara untuk membuatnya tak bersuara.

Desain bululah yang menjadikannya seperti ini. Belahan kecin dan serat memisahkan aliran udara melalui sayap. Hal ini mencegah suara apapun yang disebabkan oleh hambatan udara, yang sebenarnya merupakan ciri khas burung ketika terbang.

Kloning

Ilustrasi bintang laut. (Creative Common)
Ilustrasi bintang laut. (Creative Common)

Kloning adalah fenomena ilmu pengetahuan yang cukup kontroversial dan sulit. Domba Dolly adalah salah satu yang paling terkenal dalam teknologi ini.

Namun di makhluk hidup lain seperti bintang laut, kloning tak memerlukan teknologi.

Bintang laut telah melakukan reproduksi aseksual tanpa ada kesultan apapun. Tak hanya itu, bintang laut adalah binatang yang juga bisa reproduksi secara seksual, namun yang reproduksi secara aseksual mampu hidup lebih lama.

Terlebih lagi, jika seekor bintang laut mematahkan kaki atau bahkan terpotong tubuhnya menjadi dua, makhluk tersebut akan tumbuh lagi dan regenerasi sesuai kebutuhan.

Reporter: Indra Cahya

Sumber: Merdeka.com

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya