Maxstream Tak Anggap Layanan Streaming Lain Sebagai Kompetitor

Telkomsel menyebut penyedia streaming lain bukan kompetitor bagi Maxstream.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 03 Mei 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2019, 13:00 WIB
Launching Vidio.com dan MAXstream
Deputy CEO Kapanlagi Youniverse, Karaniya Dharmasaputra (kanan) berbincang dengan petinggi Telkomsel, Crispin Tristram (dua dari kanan), di Telkomsel Smart Office, Kuningan, Jakarta, Kamis (9/8/2018).

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran layanan streaming video tak dimungkiri terus bertambah di Indonesia. Beberapa pemain global bahkan sudah mulai menggarap serius pasar Tanah Air.

Menyoroti fenomena tersebut, Maxstream sebagai salah satu pemain streaming video dari Telkomsel ternyata tidak melihatnya sebagai kompetisi. Hal itu diungkapkan oleh GM Video Telkomsel Adhi Putranto.

"Kami melihatnya bukan sebagai kompetitor, tapi partner. Kita merupakan partner dalam mengembangkan ekosistem streaming video di Indonesia," tuturnya ditemui di Telkomsel Smart Office di Jakarta, Kamis (2/5/2019).

Terlebih, menurutnya, para pemain video streaming di Indonesia perlu melakukan kerja sama dengan operator.

Hal itu perlu dilakukan sebab hanya jaringan mobile broadband yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

"Maksudnya, pemain luar negeri pasti akan bekerja sama dengan kami (Telkomsel), seperti Hooq. Maxstream di sini juga berperan sebagai launcher Hooq, sehingga memudahkan. Pengguna tidak perlu memasang banyak aplikasi," ujarnya menjelaskan.

Dengan kerja sama itu pula, pengguna bisa mengakses konten dari sejumlah rekanan, tidak sekadar berasal dari Maxstream.

Sekadar informasi, pertumbuhan Maxstream yang baru berumur kurang dari setahun memang cukup bagus.

Data dari Telkomsel menunjukkan bahwa aplikasi ini sudah diunduh 14 juta kali. Sementara pengguna aktif bulanannya mencapai 3 juta.

Selain menyajikan beragam konten dari pihak lain, Maxstream juga memiliki sejumlah konten orisinal.

Sambutan terhadap konten orisinal di Maxstream pun disebut positif, sehingga dimunculkan serial baru berjudul Negeri 5 Menara.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Serial Negeri 5 Menara Ramaikan Maxstream untuk Bulan Ramadan

Maxstream
Konferesi pers Negeri 5 Menara yang hadir di Maxstream. (Liputan6.com/ Agustinus M. Damar)

Menyambut bulan Ramadan 2019, Telkomsel melalui aplikasi video streaming Maxstream baru saja meluncurkan serial berjudul Negeri 5 Menara. Serial ini merupakan adaptasi dari novel berjudul serupa dari penulis Ahmad Faudi.

Menurut VP Brand and Communications Telkomsel, Nirwan Lesmana, keputusan menghadirkan serial orisinal di Maxstream tidak lepas dari respon positif terhadap aplikasi yang baru meluncur tahun lalu tersebut.

"Maxstream belum mencapai umur setahun tapi responnya hingga sekarang masih positif, dengan 14 juta unduhan dan ada tiga juta pengguna aktif bulanan. Respon terhadap sejumlah seri orisinal yang lebih dulu dirilis juga bagus," tuturnya.

Adapun serial ini akan ditayangkan setiap hari selama 30 hari pada pukul 17.00 WIB. Serial ini merupakan hasil kerja sama Maxstream dengan Melon dan rumah produksi E-Motion.

"Jadi, selama bulan puasa, penonton dapat menyaksikan satu episode satu hari," ujar Nirwan saat konferensi pers peluncuran serial Negeri 5 Menara di Jakarta, Kamis (2/5/2019).

Tidak sekadar tayangan harian, serial ini juga dikemas lebih interaktif. Pelanggan Telkomselnantinya dapat mengikuti kuis yang akan diadakan di setiap akhir episode.

Kuis tersebut akan berhubungan dengan episode terbaru dari Negeri 5 Menara yang baru ditayangkan. Pelanggan yang ingin berpartisipasi dalam kuis ini dapat mengaksesnya melalui UMB Telkomsel di *123#.

Disesuaikan dengan Kebiasaan Pelanggan Smartphone

Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Dalam pembuatan serial ini, GM Video Telkomsel Adhi Putranto menuturkan setiap episodenya sudah disesuaikan dengan waktu perjalanan para komuter. Karenanya, setiap episode dalam serial Negeri 5 Menara ini berdurasi sekitar 20 menit.

"Sejak awal pengembangan, kami memang meminta agar setiap episodenya disesuaiakan dengan kebiasaan komuter. Jadi, dapat ditonton selama waktu tempuh perjalanan mereka saat berada di bus atau kereta," tuturnya menjelaskan.

Menurut Adhi, penyesuaian ini dipelakjari dari kebiasaan internal perusahaan dan masukan pelanggan. Hasilnya memperlihatkan bahwa penonton dengan smartphone memiliki kebiasaan berbeda, yakni rata-rata durasi menontonnya adalah 15 hingga 20 menit.

"Biasanya waktu itu terjadi saat perjalanan ke kantor, seperti saat di bus mengalami kemacetan, sehingga kami mencari durasi yang paling pas. Namun unsur yang wajib ada, seperti kejutan dan hal yang memancing rasa penasaran, tetap dihadirkan," ujar Adhi.

(Dam/Jek)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya