Operator Inggris Bergantung pada Huawei untuk 5G

Operator-operator besar di Inggris membangun jaringan 5G mereka dengan bantuan dari Huawei.

oleh Andina Librianty diperbarui 09 Jul 2019, 17:00 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2019, 17:00 WIB
Huawei HQ
Device Laboratory milik Huawei di Beijing, Tiongkok. Liputan6.com/Andina Librianty

Liputan6.com, Jakarta Surat kabar Inggris, The Observer, mengungkapkan operator-operator besar di Inggris membangun jaringan 5G mereka dengan bantuan dari Huawei. Perusahaan asal Tiongkok ini terlibat dalam pembangunan stasiun 5G di enam dari tujuh kota di negara tersebut.

Dilansir GSM Arena, Selasa (9/7/2019), operator-operator tersebut termasuk Vodafone, yang telah meluncurkan konektivitas terbaru itu.

Di sisi lain, Huawei juga membangun ratusan base transceiver station (BTS) untuk EE, serta sudah memenangkan kontrak dengan Three dan O2.

Sejauh ini, pemerintah Inggris belum memutuskan Huawei sebagai ancaman keamanan nasional. Sementara itu, perusahaan-perusahaan telekomunikasi tersebut memutuskan bekerja sama dengan Huawei untuk bagian-bagian non-inti dari sistem mereka, meskipun ada kemungkinan konsekuensinya.

Negara yang sudah menegaskan pemblokiran terhadap Huawei adalah Amerika Serikat (AS). Negara tersebut pada Mei lalu menempatkan Huawei pada Entity List, yang pada dasarnya melarang perusahaan-perusahaan AS menjalin bisnis dengan Huawei.

Pejabat Inggris dilaporkan sedang mempertimbangkan masalah ini, dan mereka masih berdebat tentang sejauh mana perusahaan tersebut harus dibatasi.

Masalah AS dan Huawei sendiri, salah satunya dilaporkan karena perang dagang antara AS dan Tiongkok. Selain itu, juga karena tudingan Huawei sebagai mata-mata Tiongkok.

Adapun Huawei sebelumnya mengonfirmasi telah memiliki kontrak untuk 50 jaringan 5G, dengan total sekira 150 ribu BTS. Menurut laporan, para operator jaringan sendiri senang menggunakan peralatan Huawei.

Huawei: Apple Jadi Panutan soal Privasi

Salah satu toko resmi Huawei di Beijing, China (AP/Mark Schiefelbein)
Salah satu toko resmi Huawei di Beijing, China (AP/Mark Schiefelbein)

Lebih lanjut, pendiri dan CEO Huawei, Ren Zhengfei, mengatakan kepada Financial Times, bahwa perusahaannya memang diminta oleh pemerintah Tiongkok untuk membuka kunci perangkat-perangkatnya. Namun, ia mengikuti langkah Apple dan menolak melakukannya.

Dilansir Phone Arena, Zhengfei menyebut Apple sebagai panutannya soal perlindungan privasi para konsumen. CEO Apple, Tim Cook, dikenal dengan perkataannya bahwa Apple tidak akan menjadikan konsumennya sebagai produk.

Selain itu, Zhengfei mengatakan data dimiliki oleh para konsumen Huawei. Soal pelacakan itu tergantung pada operator, bukan perusahaan yang memproduksi ponsel.

Kendati telah berulang kali menegaskan komitmennya soal privasi, pemerintah AS tetap tidak mempercayai Huawei. Bahkan, Chairman Huawei, Liang Hua, sampai menawarkan untuk menandatangani dokumen "no-spy" dengan negara mana pun. AS menuding Huawei menjadi kaki tangan pemerintah Tiongkok untuk memata-matai negara lain.

"Kami tidak akan pernah melakukan hal seperti itu (menjual data konsumen). Jika kami pernah melakukannya sekali saja, AS akan memiliki bukti untuk menyebarkannya ke seluruh dunia. Lalu 170 negara dan wilayah operasional kami akan berhenti membeli produk-produk kami, dan perusahaan kami akan bangkrut," ungkap Zhengfei.

"Setelah itu, siapa yang akan membayar utang kami? Semua karyawan kami sangat kompeten, sehingga mereka akan mengundurkan diri dan memulai perusahaan mereka sendiri, lalu meninggalkan saya sendiri untuk melunasi utang kami. Saya lebih baik mati," sambungnya.

(Din/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya