Pengapalan Ponsel Huawei Tembus 118 Juta Unit

Huawei mengumumkan telah mengapalkan 118 juta unit ponsel di pasar global, termasuk dari merek Honor, pada semester I 2019.

oleh Andina Librianty diperbarui 31 Jul 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2019, 14:00 WIB
Logo Huawei
Huawei (Foto: Huawei)

Liputan6.com, Jakarta - Huawei mengumumkan telah mengapalkan 118 juta unit ponsel di pasar global, termasuk dari merek Honor, pada semester I 2019. Jumlahnya naik 34 persen dari periode sama pada tahun lalu.

Dilansir Forbes, Rabu (31/7/2019), penjualan ponsel tersebut menyumbang lebih 55 persen untuk total pendapatan Huawei. Perusahaan asal Tiongkok itu membukukan pendapatan 401,3 miliar yuan pada semester pertama tahun ini.

Chairman[ Huawei]( 4022215 ""), Liang Hua, mengatakan kinerja kuat perusahaan sebagian besar didukung oleh momentum yang telah dibangun selama setahun terakhir. Namun, ia melihat kemungkinan akan ada tantangan pada semester II tahun ini.

"Bisnis konsumen kami berkembang pesat sebelum 16 Mei , dan sejak hari itu ada beberapa perlambatan. Secara obyektif, kami akan menghadapi beberapa tantangan di babak yang akan datang," ungkap Liang.

16 Mei merujuk pada saat pemerintah Amerika Serikat (AS) menambahkan Huawei ke "Entity List", yang secara efektif melarang perusahaan-perusahaan AS berbisnis dengan Huawei.

Kebijakan ini dianggap sebagai pukulan mematikan bagi bisnis Huawei di luar negeri, terlebih lagi perusahaan juga bergantung pada OS Android dan komponen AS lainnya.

Beberapa waktu lalu, pemerintah AS telah memberikan penangguhan kepada Huawei terkait kebijakan tersebut dengan sedikit kelonggaran, selama tidak membahayakan keamanan nasional.

Liang pun mengonfirmasi bahwa para penyuplai AS sudah mulai melanjutkan perbincangan bisnis dengan Huawei.

Kelangsungan Bisnis Konsumen

Salah satu toko resmi Huawei di Beijing, China (AP/Mark Schiefelbein)
Salah satu toko resmi Huawei di Beijing, China (AP/Mark Schiefelbein)

Liang menjelaskan, smartphone Huawei yang disiapkan sebelum 16 Mei 2019 tidak terpengaruh dengan kebijakan AS tersebut. Salah satunya smartphone 5G Huawei, Mate 20X.

"Apakah dapat atau tidak ponsel yang akan datang bisa menggunakan Android, tergantung pada pemerintah AS," tuturnya.

Kendati demikian, Liang meyakini masalah tersebut akan bisa diselesaikan secara baik dari semua pihak. Namun jika skenario terburuk terjadi, katanya, Huawei akan terus berjuang untuk kelangsungan hidup divisi bisnis konsumennya.

Strategi Perusahaan

Huawei Mate 20 Pro
Huawei Mate 20 Pro (Foto: Andina Librianty/Liputan6.com)

Terlepas dari berbagai tantangan, Liang mengatakan, strategi perusahaan untuk pasar global tetap tidak berubah.

Perusahaan akan terus melihat peluang kerja sama dengan para mitra global, dan berinvestasi besar-besaran untuk riset dan pengembangan (R&D) miliknya.

Diungkapkannya, Huawei akan menginvestasikan 120 miliar yuan untuk R&D pada tahun ini. "Strategi kami untuk bisnis smartphone global tidak berubah. Kami akan terus menghadirkan smartphone untuk konsumen global. Kami pun akan terus berinvestasi dalam R&D," kata Liang.

(Din/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya