Orang Indonesia Habiskan 15 Persen Gaji untuk Belanja Online

Konsumen Indonesia dapat berbelanja di marketplace sebanyak 3-5 kali dalam satu bulan, dan menghabiskan hingga 15 persen dari gaji.

oleh Yuslianson diperbarui 02 Des 2019, 06:30 WIB
Diterbitkan 02 Des 2019, 06:30 WIB
e-Commerce
Ilustrasi e-Commerce (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, SIRCLO, perusahaan teknologi e-commerce meluncurkan laporan berjudul “Navigating Market Opportunities in Indonesia’s E-Commerce”.

Pada laporan ini, mereka memaparkan informasi tentang tren pertumbuhan pasar e-commerce di Indonesia dari berbagai sumber dan hasil studi internal SIRCLO.

Dikutip dari keterangan resminya, Senin (2/12/2019), Brian Marshal, selaku Founder dan Chief Executive Officer SIRCLO mengatakan laporan ini bertujuan memberikan ‘amunisi’ informasi kepada semua stakeholder dalam berkolaborasi mendorong pertumbuhan dan inovasi e-commerce Indonesia.

“Sekarang, pertumbuhan industri e-commerce dalam negeri sedang berkembang pesat. Kami melihat masih banyak pemain lokal yang sangat berpotensi. Bila kita bisa dukung dengan teknologi dan kolaborasi informasi seperti ini, mereka bisa memaksimalkan pertumbuhan bisnis mereka,” jelas Brian.

Laporan tersebut juga menyebutkan, rata-rata satu orang konsumen Indonesia dapat berbelanja di marketplace sebanyak 3-5 kali dalam satu bulan, dan menghabiskan hingga 15 persen dari pendapatan bulanan mereka.

Menariknya, data SIRCLO juga mengungkapkan konsumen online di Jakarta rata-rata berbelanja 2 kali lipat lebih banyak daripada kota-kota lain.

 

Metode Pembayaran Paling Populer

Ilustrasi sistem pembayaran, e-commerce. Kredit: salcapolupa via Pixabay

Lebih lanjut, perusahaan juga menjelaskan tentang metode pembayaran paling populer dalam berbelanja online.

Mereka menjelaskan, konsumen paling sering membayar pembelian secara online melalui bank transfer (48 persen), dan kartu debit/kredit (21 persen).

Melalui hasil riset yang sama, SIRCLO juga menemukan 20 persen konseumen menggunakan metode e-wallet untuk melakukan pembayaran. Ini menunjukkan pesatnya adopsi metode ini di Indonesia sejak awal kemunculannya di tahun 2017.

Menurut data yang terkumpul dalam laporan SIRCLO, penjualan ritel e-commerce Indonesia diperkirakan mencapai US$15 miliar (Rp 210 triliun) pada 2018 dan akan meningkat lebih dari empat kali lipat pada tahun 2022, menyentuh angka US$65 miliar (Rp 910 triliun).

“Berdasarkan beberapa sumber laporan, hal ini membuat ritel online yang tadinya hanya menyumbang 8 persen penjualan total pada tahun 2018, diprediksi akan menembus 24 persendi tahun 2022,” tambah Brian.

 

Kontribusi Industri E-Commerce

Ilustrasi e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online

SIRCLO memaparkan, industri e-commerce Indonesia berkontribusi lebih dari setengah nilai ekonomi digital pada 2019, dan diprediksi akan mendominasi sektor digital hingga 60 persen di 2025.

Nilai kapitalisasi pasar e-commerce pada tahun 2019 mencapai US$21 miliar (Rp 294 triliun), mengalahkan sektor ekonomi digital lain.

Adapun sektor lain tersebut, termasuk pariwisata online (USD10 miliar atau Rp 140 triliun) dan industri ride-hailing atau jasa transportasi online (USD 6 miliar atau Rp 84 triliun).

 

Tantangan Sektor E-Commerce di Indonesia

Ilustrasi e-Commerce (tumblr.com)

Namun, laporan dari SIRCLO juga menggarisbawahi beberapa tantangan dalam sektor e-commerce di tanah air.

Tantangan-tantangan tersebut diantaranya adalah:

1. industri e-commerce yang kompetitif dan rawan ‘membakar uang’ demi menggaet konsumen.

2. Masih banyak populasi yang belum memiliki rekening bank formal dan saat ini mulai terfasilitasi dengan adanya e-wallet.

3. Layanan logistik yang mahal dan kurang kompeten.

4. Kurangnya SDM yang relevan, terutama dari di bidang sains, teknik, dan matematika; yang sangat diperlukan dalam pengembangan perusahaan teknologi.

(Ysl/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya