Liputan6.com, Jakarta - Android kini jadi sistem operasi yang paling banyak digunakan oleh pengguna smartphone. Total, Android telah dipakai oleh lebih dari 2,5 miliar pengguna di dunia.
Dengan pengguna yang begitu banyak, tak mengherankan jika Android menjadi target malware oleh banyak pihak.
Terbaru, tim di Barracuda Security menemukan, ada hampir 200 aplikasi jahat yang berisi adware dan atau kombinasi izin perangkat yang digunakan.
Advertisement
Baca Juga
Kini, perusahaan keamanan siber White Ops mengidentifikasi ada 116 aplikasi dengan lebih dari 4,6 juta unduhan yang diklaim telah melakukan penipuan iklan (ad-fraud).
Mengutip laman Express, Selasa (24/12/2019), perusahaan menyebut, aplikasi-aplikasi jahat tersebut menggunakan kode "Soraka" dan "Sogo".
Kode ini disebut-sebut memungkinkan program yang dimaksud untuk menampilkan iklan melalui perangkat Android dalam keadaan tertentu.
White Ops melakukan pengecekan ke salah satu aplikasi di Google Play Store, yakni Best Fortune Explorer. Aplikasi ini dicatat untuk memanfaatkan framework yang disebut AppsFlyer. AppsFlyer digunakan untuk analisis atribusi dan pemasaran seluler.
Gangguan Iklan di Aplikasi Jahat
Menurut White Ops, jika pengguna mengunduh aplikasi ini, iklan bakal terus berdatangan dan mengganggu kenyamanan. Best Fortune Explorer disebut-sebut bisa menampilkan iklan layar penuh yang berlangsung hingga 20 detik dan mengganggu pengguna.
Selain Best Fortune Explorer, aplikasi lainnya juga melakukan hal serupa. Adware ini mampu bersembunyi dan sulit dideteksi oleh aplikasi pembasmi malware.
"Perilaku sembunyi-sembunyi itu sangat krusial, karena ini menunjukkan bahwa para penipu makin pintar. Mereka mencoba memperlambat proses analisis dengan taktik ini," kata peneliti White Ops John Laycock.
Advertisement
Sarankan untuk Tak Install Aplikasi Berbahaya
Para pengguna pun sudah memberi tahu ke pengguna lain untuk tidak mengunduh aplikasi Best Fortune Explorer.
"Masalah utama setelah pengunduhan adalah, pengguna akan mendapatkan iklan terus-terusan," kata pengguna tersebut.
Menurut Forbes, Google telah diberitahu mengenai masalah ini. Namun, sejumlah aplikasi dari 116 aplikasi jahat ini masih ada di Play Store.
(Tin/Why)