AC Ventures: Teknologi Bisa Berdampak Besar bagi UMKM

Perusahaan pemodal ventura yang berfokus pada investasi early stage startup AC Ventures meyakini teknologi dapat menjadi solusi dalam membantu menciptakan nilai tambah dan dampak sangat besar untuk sektor UMKM.

oleh M Hidayat diperbarui 30 Jul 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2021, 15:00 WIB
Ilustrasi Startup
Ilustrasi Startup. Kredit: StartupStockPhotos via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran startup yang berfokus pada konsumen di Indonesia seperti Gojek, Bukalapak, Tokopedia, dan Traveloka telah membuka peluang bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Namun, ada sejumlah tantangan yang dihadapi.

Perusahaan pemodal ventura yang berfokus pada investasi early stage startup AC Ventures meyakini teknologi dapat menjadi solusi dalam membantu menciptakan nilai tambah dan dampak sangat besar untuk sektor UMKM.

"Pemanfaatan platform berbasis teknologi dapat menekan biaya operasional menjadi lebih rendah, efisiensi lebih besar, hingga volume penjualan lebih tinggi," ujar Co-Founder & Managing Partner di AC Ventures, Adrian Li.

Adrian melihat, peluang yang ada saat ini tidak hanya terbatas pada kemampuan pemain bisnis untuk memberikan solusi bagi UMKM, tetapi juga dapat membantu para pelaku bisnis memasuki pasar konsumen Indonesia melalui UMKM.

Sebab, kata dia, meskipun pertumbuhan daring sangat besar, sebagian besar penjualan masih dilakukan secara luring, terutama di kanal tradisional.

"Sayangnya, rantai pasokan yang menghubungkan jutaan pengecer ini ke prinsipal dan distributor sangat terfragmentasi sehingga menimbulkan banyak masalah bagi pengecer," tutur Adrian.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Hambatan pembiayaan UMKM

Adrian menilai ada dua hambatan utama bagi UMKM untuk mendapatkan pembiayaan. Pertama, UMKM umumnya tidak dianggap layak kredit oleh bank karena mereka biasanya tidak memiliki aset yang dapat digunakan untuk agunan.

Kedua, cabang bank sangat terbatas di kota-kota tier-2 dan tier-3 yang menyulitkan UMKM bahkan untuk mengajukan pembiayaan.

"Indonesia telah melihat banyak pemain finTech mencoba mengatasi masalah ini. Namun, bahkan dengan pemberi pinjaman teknologi finansial, ada sedikit informasi untuk memahami kesehatan keuangan calon peminjam. Alhasil, data OJK pada 2020 menunjukkan, perusahaan fintech lending hanya mengucurkan total US$ 5 miliar pada 2020. Jumlah ini masih jauh dari mengatasi gap pembiayaan," kata Adrian.

Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, UMKM menjadi tulang punggung pertumbuhan bagi perekonomian Indonesia. Terdapat sekitar 60 juta UMKM terdaftar dan mereka berkontribusi sekitar 61 persen dari PDB Indonesia.

Laporan BPS

Sementara itu, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, kategori besar ini telah mempekerjakan lebih dari 116 juta orang atau setara dengan 97 persen angkatan kerja Indonesia.

Kontribusi dan signifikansi UMKM terhadap perekonomian Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan perekonomian besar lain, seperti India yang hanya menyumbang 30 persen dari PDB.

"Ini sekaligus merupakan salah satu alasan mengapa usaha teknologi yang berfokus pada UMKM di Indonesia dapat muncul sebagai bisnis yang bahkan lebih berharga daripada di pasar negara berkembang lain yang lebih matang," ujar Adrian.

AC Ventures sendiri telah melakukan analisis terhadap peluang-peluang tersebut dan sejauh ini telah berinvestasi kepada empat startup yang dinilai mampu menjembatani masing-masing masalah yang dihadapi UMKM. Keempat startup itu adalah Ula, BukuWarung, ESB, serta Majoo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya