Liputan6.com, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan kesiapan lahan dan investor menjadi dua syarat pembangunan bandar antariksa dapat dimulai.
Pernyataan ini disampaikan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko saat meninjau calon lokasi bandar antariksa di Desa Saukobye, Biak Utara, Papua, pada Kamis pekan ini.
Advertisement
Baca Juga
"Jika kedua syarat tersebut sudah jelas, BRIN akan memulai pembangunan. Kita akan bermitra dengan konsorsium swasta," kata Handoko sebagaimana dilansir siaran pers di laman resmi BRIN, Sabtu (23/10/2021).
Menurut Handoko, bandar antariksa ini nantinya tak hanya sekadar fasilitas negara untuk melakukan riset, tetapi juga untuk bisnis peluncuran satelit.Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pangsa Pasar Besar Terkait Keantariksaan
Handoko mengatakan, urgensi pembangunan bandar antariksa tidak lepas dari adanya kebutuhan terkait pengembangan teknologi keantariksaan nasional, mengingat luasnya wilayah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau.
Selain itu, Indonesia dinilai memiliki pangsa pasar yang besar terkait keantariksaan, dan di sisi lain, pembangunan ini juga sebagai upaya menciptakan nilai ekonomi dari kegiatan keantariksaan, khususnya terkait peluncuran roket.
Handoko menjelaskan, Indonesia cocok menjadi pusat peluncuran satelit karena keunggulan geografisnya yang terletak di khatulistiwa.
"Indonesia berharap memiliki kemandirian dalam meluncurkan satelit untuk komunikasi, surveilans, mitigasi perubahan iklim, mitigasi bencana, dan sebagainya," kata Handoko.
Advertisement
LAPAN Lakukan Studi
Sementara itu, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), sudah melakukan studi feasibilitas pada lahan, untuk kepentingan penelitian dan pengembangan di Biak.
Berdasarkan beberapa aspek hasil kajian, kandidat utama lokasi yang dipilih ialah Pulau Morotai dan Pulai Biak. Naskah urgensi pengembangan juga sudah diselesaikan sejak 2019.
Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa, Erna Sri Adiningsih, lokasi Biak telah diketahui sudah sesuai dalam hal teknis dan lingkungan secara fisik.
"Namun untuk luasannya harus diperluas karena belum memenuhi persyaratan minimum seribu hektar untuk kebutuhan yang lebih besar, selain itu ada aspek sosial budaya yang harus dipikirkan secara serius," kata Erna.
Dia menambahkan, stasiun Bumi di Biak sudah ada sejak lama sebelum BRIN terbentuk. Posisinya berbeda dengan lokasi yang diisukan akan dibangun bandara roket pengorbit satelit.
(Dio/Isk)
Infografis 26 Satelit Milik Indonesia
Advertisement