Liputan6.com, Jakarta - Di balik kemudahan yang ditawarkan internet, khususnya media sosial, ada intaian kecanduan yang berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental pengguna.
Dalam webinar bertema 'Candu Media Sosial dan Dampaknya bagi Kesehatan Mental Generasi Muda' di Makassar, belum lama ini, salah satu pembicara yang hadir menyebut disiplin dan fokus adalah kunci menghindarkan diri dari kecanduan media sosial.
Baca Juga
Cara Mengatasi Anak Kecanduan Media Sosial, Solusi Efektif yang Perlu Orang Tua Pahami
Gagal di Piala AFF 2024, Shin Tae-yong Yakin Timnas Indonesia Akan Sukses di SEA Games dan Kualifikasi Piala Asia U-23 2026
Cinta Laura Usaha Keras Belajar Bahasa Jawa Timur, Jadi Orang Surabaya di Film Panggonan Wingit 2: Miss K
Dalam paparannya, Senior Trainer sekaligus Psikolog Hellen Citra Dewi menjelaskan sejumlah isu yang berkembang di ranah online, seperti perundungan siber, kejahatan siber, pornografi, eksploitasi seksual anak secara online, dan kecanduan media sosial.
Advertisement
"Beberapa fenomena yang muncul dari kecanduan media sosial adalah perasaan takut akan ketinggalan informasi (fear of missing out/FOMO)," ujarnya, dikutip Selasa (8/11/2022).
Fenomena lainnya adalah sensasi getaran pada gawai meski gawai sebenarnya tidak bergetar, atau fenomena di mana individu mengabaikan interaksi di dunianya (phone snubbing).
“Gejala yang tampak akibat kecanduan media sosial pada gawai adalah kehilangan kontrol terhadap perilaku, memprioritaskan pada obyek yang disukai, tetap meneruskan meski dampak negatifnya sudah dirasakan. Dampak negatif itu bisa mempengaruhi fisik, kognitif, sosial, kesehatan jiwa, hingga emosi,” ucap Hellen memaparkan.
Atur Waktu Penggunaan Gawai
Agar mental tetap sehat di era digital, lanjut Hellen, perlu diatur waktu penggunaan gawai. Aktivitas sosial di dunia nyata juga harus seimbang dengan aktivitas di dunia digital.
"Bagi orangtua, agar anak-anak mereka terhindar dari kecanduan gawai, harus ada kontrol yang kuat terhadap anak," tutur Hellen dalam webinar yang digelar Kemkominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi ini.
Misalnya, ia menambahkan, harus dibuat kesepakatan antara anak dan orangtua mengenai durasi penggunaan gawai (screen time).
“Harus ada ketegasan, seperti ruang di mana tidak boleh ada penggunaan gawai secara pribadi dan perlu diberikan jeda waktu untuk beristirahat dalam menggunakan gawai,” Hellen memungkaskan.
Advertisement
Sisi Positif
Dari sisi positif penggunaan internet atau media sosial, Dosen Ilmu Komunikasi, Media Sosial, dan Bisnis Digital Mariesa Giswandhani, menuturkan ada sejumlah hal yang berguna, seperti memudahkan interaksi dengan orang lain, memperluas pergaulan, serta akses informasi yang lebih mudah dan cepat.
Namun, dampak negatifnya adalah menurunnya rasa percaya diri, cenderung insecure (senang membandingkan diri sendiri dengan orang lain), produktivitas menurun, kurang peka terhadap lingkungan, serta cenderung gelisah apabila tidak menggunakan gawai.
“Menurut sebuah penelitian, ada kecenderungan produktivitas mahasiswa menurun akibat pengaruh kecanduan gawai. Padahal, seharusnya kuota internet atau jaringan WiFi gratis seharusnya bisa menjadi senjata untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan,” ucap Mariesa.
Sementara itu, Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia Jawa Timur Eko Pamuji memberikan sejumlah tips agar terhindar dari kecanduan internet, terutama media sosial. Langkahnya adalah dengan menghapus aplikasi media sosial yang membuat candu pada gawai.
Selama beraktivitas, baik itu di sekolah atau tempat kerja, ponsel sebaiknya diatur mode tidak aktif dan fokus pada kegiatan bersama.
“Jika cara tersebut belum ampuh menghentikan kecanduan gawai, sebaiknya konsultasi ke dokter sesegera mungkin,” tuturnya.
Infografis Waspada Penipuan Online Shop via Medsos. (Liputan6.com/Abdillah)
Advertisement