Ikutan Samsung dan Amazon, Apple Larang Karyawannya Pakai ChatGPT Saat Kerja

Apple telah membatasi akses karyawan ke layanan generatif AI ChatGPT OpenAI dengan mengirimkan memo internal bertuliskan "No AI" ke semua staff.

oleh Yuslianson diperbarui 21 Mei 2023, 19:00 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2023, 19:00 WIB
Ilustrasi Apple
Ilustrasi Apple (AP Photo/Mary Altaffer, File)

Liputan6.com, Jakarta - OpenAI baru-baru ini merilis aplikasi generatif AI ChatGPT buatanya ke untuk pengguna iPhone. Baru beberapa hari, aplikasi ChatGPT itu berada di peringkat 1 di Apple App Store.

Walau begitu, Apple ternyata melarang karyawannya untuk menggunakan layanan generatif AI seperti ChatGPT.

Perusahaan berbasis di Cupertino, Amerika Serikat (AS), itu memang belum secara terbuka mengakui telah melarang karyawan pakai ChatGPT atau platform AI generatif lainnya di tempat kerja.

Mengutip laporan The Wall Street Journal, Minggu (21/5/2023), Apple telah membatasi akses karyawan ke alat ini dan mengirimkan memo internal bertuliskan "No AI" ke semua staff.

Sayangnya, belum diketahui secara pasti apa alasan yang mendasari keputusan raksasa teknologi itu melarang karyawan menggunakan ChatGPT dan lainnya.

Meski begitu, beberapa pihak meyakini keputusan raksasa teknologi itu melarang karyawan memakai ChatGPT di tempat kerja karena khawatir teknologi generatif AI itu dapat mengumpulkan data rahasia dari karyawan.

Seperti diketahui, layanan generatif AI ChatGPT dan lainnya ini memang mengumuplkan data dari pengguna untuk meningkatkan model bahasa mereka agar lebih luwes berinteraksi dan informatif.

Akan tetapi, bug di ChatGPT OpenAI baru-baru ini mengungkap ternyata riwayat obrolan pengguna ChatGPT dapat diketahui oleh orang lain.

Sejak itu, OpenAI menambahkan fitur sehingga pengguna dapat menonaktifkan riwayat obrolan mereka dan memilih untuk tidak berkontribusi pada pelatihan model AI tersebut.

Selain ChatGPT, Apple juga melarang penggunaan GitHub's Copilot di tempat kerja, yang memungkinkan pengembang mengotomatiskan penulisan kode. Dan yang cukup menarik, kedua platform tersebut dimiliki oleh Microsoft.

Aplikasi ChatGPT Khusus iPhone Resmi Meluncur, Apa Saja Fiturnya?

Aplikasi ChatGPT di iPhone. Dok: OpenAI

OpenAI meluncurkan aplikasi ChatGPT gratis untuk iOS, yang merupakan aplikasi smartphone resmi pertama untuk model bahasa viral--bersaing dengan perangkat lunak AI seluler pihak ketiga lainnya yang berbasis API GPT-3.5 dan GPT-4.

Mengutip laman Engadget, Jumat (19/5/2023), aplikasi ChatGPT untuk iPhone ini untuk sementara hanya tersedia di pasar Amerika Serikat (AS). OpenAI mengungkapkan mereka berencana akan meluncurkannya ke negara lain dalam beberapa minggu mendatang.

Dari segi fitur, aplikasi ini terlihat seperti ChatGPT versi web, dengan tambahan input perintah suara menggunakan pengenalan suara Whisper dari OpenAI.

Aplikasi ini juga memungkinkan peralihan antara model bahasa standar dan GPT-4 untuk pelanggan ChatGPT Plus, serta riwayat percakapan (disinkronkan dari desktop jika kamu masuk dengan akun sama).

Ditambah kemampuan untuk mengekspor data dan menghapus atau mengganti nama percakapan. Namun, plugin OpenAI yang baru diluncurkan, termasuk akses web langsung, belum tersedia.

Selain itu, versi App Store saat ini hanya dibuat untuk iPhone, jadi pengguna iPad harus tetap menggunakan situs web ChatGPT atau menggunakan aplikasi iOS yang ditingkatkan ke ukuran tablet.

Lalu, kapan aplikasi ChatGPT akan rilis di Android? OpenAI berjanji akan merilis aplikasi chatbot AI ini untuk pengguna Android dalam waktu dekat.  

Mahasiswa Akui ChatGPT Bantu Tingkatkan Kemampuan Menulis Akademik

Ilustrasi menggunakan ChatGPT OpenAI di smartphone (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Penelitian terbaru yang dilakukan Chalmers University of Technology di Swedia telah menggali bagaimana sikap mahasiswa terhadap alat-alat kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI), seperti ChatGPT. 

Ia merupakan penelitian skala besar pertama di Eropa yang menjelajahi persepsi mahasiswa terhadap peran AI dalam pendidikan tinggi.

Survei ini mendapatkan respons luar biasa, dengan hampir 6.000 mahasiswa aktif berpartisipasi dan menuliskan lebih dari dua ribu komentar opsional. Pendapat mereka bervariasi mulai dari ketakutan dan ketidakpastian hingga optimisme dan antusiasme terhadap potensi AI untuk masa depan pembelajaran.

Hans Malmström, seorang profesor di Department of Communication and Learning in Science, menggambarkan ungkapan mahasiswa sebagai kuat, beragam, dan penuh emosi. Ia, bersama dengan rekan-rekannya Christian Stöhr dan Amy Wanyu Ou, memimpin upaya penelitian komprehensif ini.

Sebagian besar responden mengakui bahwa alat-alat bahasa AI, termasuk ChatGPT yang populer, telah meningkatkan efisiensi mereka sebagai mahasiswa.

Mahasiswa menekankan bahwa alat-alat tersebut telah meningkatkan kemampuan menulis akademik dan kemampuan bahasa mereka secara keseluruhan. Menariknya, hampir semua peserta akrab dengan ChatGPT, dengan 35 persen dari mereka menggunakan chatbot tersebut secara teratur.

Meskipun memiliki sikap yang mendukung terhadap AI, banyak mahasiswa merasa cemas karena kurangnya panduan yang jelas tentang bagaimana mengintegrasikan AI secara efektif ke dalam lingkungan pembelajaran mereka. Menentukan batasan penipuan tetap menjadi kekhawatiran yang signifikan bagi mereka.

Malmström menekankan fakta bahwa sebagian besar mahasiswa tidak mengetahui adanya aturan atau panduan mengenai penggunaan AI yang bertanggung jawab di lembaga pendidikan mereka.

Meskipun kesenjangan pengetahuan ini menimbulkan kekhawatiran, sebagian besar responden menentang pelarangan total terhadap alat-alat kecerdasan buatan dalam konteks pendidikan. 

Chatbot sebagai bantuan pelengkap

Chat GPT dari OpenAI.

Secara umum, mahasiswa melihat chatbot sebagai mentor atau guru yang dapat memberikan bantuan, penjelasan, dan ringkasan. Mereka percaya bahwa chatbot harus berfungsi sebagai bantuan yang melengkapi kemampuan berpikir kritis mereka daripada menggantikannya.

Salah satu mahasiswa mengungkapkannya dengan singkat, yang menyatakan, "Anda seharusnya bisa melakukan hal yang sama seperti AI, dan AI dapat membantu Anda melakukannya. Anda tidak boleh menggunakan kalkulator, jika Anda tidak tahu apa arti tanda tambah di dalamnya."

Survei ini juga mengungkapkan aspek penting dari dampak AI pada individu dengan disabilitas. Banyak mahasiswa dengan kondisi seperti ADHD dan disleksia menyoroti bagaimana alat-alat AI berfungsi sebagai bantuan yang efektif, memungkinkan mereka untuk mengatasi tantangan mereka.

Salah satu mahasiswa menggambarkannya sebagai "seperti menjadi buta warna dan tiba-tiba bisa melihat semua warna indah". 

Temuan

<p>Kreator ChatGPT OpenAI Bikin Alat untuk Deteksi Teks Buatan AI atau Manusia. (Doc: OpenAI)</p>

Para peneliti telah mengompilasikan temuan survei ini menjadi laporan ringkasan, dengan tujuan memberikan suara kepada mahasiswa dan berkontribusi pada pemahaman kolektif yang lebih baik tentang AI dan hubungannya dengan pembelajaran.

Christian Stöhr, seorang profesor terkait di Department of Communication and Learning in Science, menyatakan harapannya bahwa hasil ini akan menjadi kontribusi signifikan bagi bidang ini.

Survei yang berjudul "Chatbots and other AI for learning: A survey on use and views among university students in Sweden" dilakukan antara 5 April dan 5 Mei 2023.

Survei ini melibatkan partisipasi dari mahasiswa di semua universitas di Swedia, berkat upaya yang ditargetkan oleh berbagai lembaga pendidikan dan organisasi mahasiswa. Sebanyak 5.894 mahasiswa memberikan tanggapan yang berharga.

Temuan kunci dari survei ini mencakup: 95 persen mahasiswa akrab dengan ChatGPT, sementara kesadaran akan chatbot lainnya relatif rendah. Lebih dari setengah mahasiswa menyatakan sikap positif terhadap penggunaan chatbot dalam studi mereka, dengan 35 persen secara aktif menggunakan ChatGPT.

(Ysl/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya