Liputan6.com, Singapura - Pabrik daur ulang di Singapura berusaha keras untuk mengubah baterai lithium ion bekas menjadi logam berguna, dengan bantuan kulit buah yang dibuang.
Peneliti di Nanyang Technological University (NTU) yang mengembangkan teknologi menggunakan kulit buah untuk mengatasi limbah baterai bekerja sama dengan perusahaan daur ulang dan pemrosesan baterai lokal Se-cure Waste Management pada proyek percontohan.
Baca Juga
"Teknologi tersebut dapat memenuhi kebutuhan mendesak akan solusi daur ulang yang mudah ditingkatkan," kata para ilmuwan sebagaimana dikutip dari Channel News Asia, Selasa (18/7/223).
Advertisement
Saat ini, kurang dari 5 persen baterai lithium-ion bekas didaur ulang secara global dan volume baterai lithium ion bekas ini akan mencapai 11 juta ton pada tahun 2030.
Pabrik daur ulang yang berlokasi di Neythal Road di luar Pioneer Road North tersebut telah beroperasi sejak kuartal keempat tahun 2022.
Pabrik itu mengklaim dapat memproses hingga 2.000 liter baterai parut bekas yang dicampur dengan pelarut yang berasal dari kulit buah untuk ekstraksi bahan elektroda: kobalt, litium, nikel, dan mangan.
“Inovasi yang diusulkan memberikan solusi segera dan terukur untuk mengurangi limbah makanan dan limbah elektronik--dua aliran limbah utama di dunia,” kata Associate Professor Dalton Tay dari School of Materials Science & Engineering NTU.
“Dengan demikian, kami dapat meminimalkan jejak lingkungan dari kedua jenis limbah tersebut, sehingga bisa mengatasi masalah kekurangan tempat pembuangan sampah, terutama di Singapura,” ia menambahkan.
Mengekstrasi 90 Persen Berat Logam Mulia
Pada 2020, tim dari NTU berhasil mengekstraksi lebih dari 90 persen berat logam mulia yang ditemukan dalam limbah baterai lithium-ion, diproses menggunakan limbah kulit jeruk dan membuat baterai baru dengan logam yang dipulihkan.
Untuk diketahui, metode pemanfaatan limbah kulit buah untuk mengekstraksi logam mulia dari limbah baterai, sebagai pengganti bahan kimia kuat dan asam konvensional, disebut sebagai hidro-organik-metalurgi.
Sejak saat itu, para ilmuwan mereplikasi keberhasilan mereka di laboratorium menggunakan limbah kulit buah jenis lain, seperti kulit nanas, pir, dan lemon.
Kulit buah kaya akan gula, antioksidan alami seperti flavonoid dan asam fenolik, dan asam organik--semuanya meningkatkan pemulihan logam dari limbah baterai.
Para ilmuwan belakangan ini terus mencari kemungkinan untuk menggunakan jenis limbah biomassa lainnya. Secara tradisional, baterai bekas diperlakukan menggunakan pelarut yang sangat korosif.
"Namun, cara ini juga menghasilkan gas beracun yang berbahaya," kata para ahli.
Advertisement
Mendukung Ekonomi Sirkular
"Garam logam yang diperoleh kemudian dapat digunakan kembali untuk menghasilkan baterai baru dan dengan demikian, kami dapat menutup lingkaran limbah sambil menawarkan solusi cradle-to-cradle yang berkelanjutan," kata Prof Tay kepada CNA's Singapore Tonight.
Dia mengatakan pemulihan sumber daya dari limbah makanan dan limbah elektronik mendukung transisi negara menuju ekonomi sirkular dan negara tanpa limbah.
"Dengan menyatukan jaringan industri untuk bertukar bahan atau produk sampingan guna memberi manfaat bagi lingkungan, model bisnis baru, jaringan distribusi bahan, dan rantai pasokan dapat dibentuk untuk membangun ekonomi yang lebih tangguh," Tay melanjutkan.
Sandra Yap selaku kepala pemasaran dan hubungan eksternal di Se-cure Waste Management, mengatakan kemitraan dengan NTU dimulai sejak 2019, dengan tujuan mempromosikan inovasi lokal di ruang daur ulang baterai.
“Ini juga merupakan tujuan kami untuk memberikan pelanggan solusi loop tertutup di luar pemrosesan baterai, sementara kami mencari jalur yang lebih ramah lingkungan untuk tujuan keberlanjutan sumber daya,” ia memungkaskan.
Infografis Motor Listrik
Advertisement