Liputan6.com, Jakarta - Domain .id yang digunakan sebagai salah satu alternatif alamat internet generasi web2, kini juga terbuka untuk situs berbasis Web3.
Sebagai gambaran sederhana, evolusi internet yang dimulai dari masa Web 1.0 (Web1) hanya memungkinkan pengguna untuk membaca teks dan melihat gambar statis. Sementara Web 2.0 (Web2) merupakan era internet yang lebih interaktif.
Baca Juga
Saat ini, dengan munculnya teknologi blockchain, kita memasuki era Web 3.0 (Web3), yang tidak hanya memungkinkan pengguna untuk membaca dan menulis, tetapi juga menjalankan dan memiliki data mereka sendiri.
Advertisement
Untuk mendukung generasi internet terbaru, perusahaan penyedia layanan internet (Internet Service Provider/ISP) asal Bandung, Melsa ISP, melalui salah satu unit usahanya di bidang pengelolaan nama domain internet (Name Management) bekerja sama dengan AllDomains, meluncurkan layanan yang memungkinkan pengguna internet melakukan pendaftaran domain .id untuk Web3 dan Web2 secara bersamaan.
Tujuan dibangunnya layanan ini salah satunya adalah untuk mempermudah pengguna untuk membangun alamat wallet blockchain alfanumerik dengan nama yang mudah dibaca dan diingat, mengurangi risiko mengirim dana ke alamat yang salah, dan membuat Web3 lebih mudah diakses oleh semua orang.
Layanan yang tersedia di alldomains.id ini adalah portal kolaboratif antara Melsa ISP dan pengembang blockchain, diluncurkan pada platform blockchain Solana karena kemampuannya memproses ribuan transaksi per detik dan gas fee yang terjangkau dibanding dengan platform blockchain lainya.
Chief Commercial Officer (CCO) Melsa ISP Heru Nugroho menyatakan layanan ini merupakan komitmen dari perushaan untuk ikut serta mengembangkan industri internet di Indonesia dan mendukung pertumbuhan nama domain internet berekstensi .id, serta selalu berupaya untuk mengadopsi teknologi baru.
"Dengan domain .id yang terdaftar melalui alldomains.id, pengguna tidak hanya dapat mengirim dan menerima kripto secepat mengirim email, tetapi juga menetapkan identitas mereka di Web3," kata Heru melalui keterangannya, Minggu (19/11/2023).
Pengembangan teknologi blockchain, khususnya dalam industri nama domain, telah berlangsung selama beberapa tahun.
Name Management selaku salah satu Registrar terakreditasi PANDI (Registri .ID), merasa perlu untuk merealisasikan layanan ini untuk domain .id karena keterkaitan erat teknologi blockchain dengan identitas digital. Ekstensi domain .id diyakini akan menjadi favorit dalam industri domain Web3.
Menparekraf Sandiaga Uno Optimistis dengan Potensi Web3
Di sisi lain, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Menparekraf), Sandiaga Uno, mengungkapkan optimismenya terhadap potensi teknologi Web3, termasuk dalam sektor pariwisata.
Web3 sendiri adalah masa depan dari internet yang lebih terdesentralisasi dengan menggunakan blockchain, artificial intelligence (AI), dan machine learning.
"Teknologi web3 dapat menciptakan perjalanan yang lebih inklusif dan personal dengan pengalaman yang lebih menarik dan meningkatkan kepuasan para wisatawan," kata Sandiaga dalam sambutannya di acara Coinfest Asia 2023 by Coinvestasi di Bali, dikutip Kamis (24/8/2023).
Ia menambahkan acara Coinfest Asia menjadi bukti keterbukaan kawasan Asia, terkhusus Indonesia terhadap kreasi dan inovasi di web3.
“Selamat kepada Coinvestasi karena telah menyelenggarakan Coinfest Asia, saya sangat bersemangat mengantisipasi pertumbuhan dan kolaborasi yang berkelanjutan dalam ekosistem web3 dari Coinfest Asia yang akan terus berkembang di tahun-tahun mendatang,” Sandiaga memungkaskan.
Untuk diketahui, Coinfest Asia 2023 yang digelar pada 24-25 Agustus 2023 di Jimbaran, Bali ini hadir dalam skala lebih besar dengan target kehadiran 4.000 peserta yang datang dari lebih 50 negara.
Pada acara edisi kedua kali ini, Coinfest Asia 2023 mempertemukan industri web2 dan web3 untuk saling terkoneksi dalam menciptakan ekosistem web3 yang tangguh dan berkelanjutan.
Advertisement
Startup Gaming Web3 Ini Manfaatkan AI Generatif
Pemanfaatan artificial intelligence atau AI generatif saat ini juga sudah merambah ke dunia gaming. Salah satu perusahaan yang sudah memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan ini adalah sebuah startup game berbasis Web3 bernama Ethlas.
Di sini, Ethlas memiliki sebuah game bernama Battle Showdown, permainan multiplayer shooter, yang memungkinkan komunitas atau developer, untuk membuat sendiri aset di dalam game, dengan bantuan AI generatif.
Selain itu, aset yang dibuat oleh pemain dengan bantuan AI ini tak cuma dapat digunakan dalam permainan, tetapi juga bisa menjadi sebuah NFT dengan blockchain.
Elston Sam, Co-Founder dan CPO dari Ethlas dalam presentasinya, Selasa (17/10/2023) di Singapura mengungkapkan, saat membuat aset dalam game, akan membutuhkan banyak desainer.
Namun dengan bantuan AI, pengguna cukup mengambar input semampunya tanpa harus menjadi seorang desainer ahli, untuk kemudian dibantu oleh kecerdasan buatan menyelesaikan output-nya.
Dalam Google Cloud Gen AI SEA Media Summit 2023 beberapa waktu lalu, mengungkapkan bahwa untuk ini, mereka juga menggunakan teknologi AI generatif Stable Diffusion dan Google Cloud Platform Vertex AI.
Lebih lanjut, kepada Tekno Liputan6.com, Elston mengakui bahwa platform game yang punya konsep User-Generated Content (UGC) bukanlah sesuatu yang baru. Sebut saja Roblox atau Animal Crossing.
Namun, menurutnya, apabila dibandingkan dengan Roblox saja yang lebih ketat soal desain, Elston ingin Ethlas bisa lebih leluasa dalam pembuatan konten atau aset.
"Kami ingin membuatnya seperti sebuah tempat bermain yang terbuka, jadi semua orang bisa memutuskan bagaimana hasil buatan mereka terlihat," kata salah satu pendiri dari startup game tersebut.
Lebih Mudah Digunakan
Selain itu, seringkali platform-platform dengan UGC juga masih mengharuskan kreator atau pengembang untuk mengerti soal-soal teknis, mulai dari kecepatan atau keseimbangan aset, di mana ini lumayan kompleks.
"Kami ingin membuat ini ke pasar yang lebih luas di mana yang didesain hanya seperti apa kelihatannya, bagaimana wajahnya, mungkin ini sedikit mirip filter TikTok atau Instagram," kata Elston.
"Saya rasa kami fokus ke pasar yang sangat mudah dijangkau, ini lumayan berbeda ketika kita mencoba membuat level yang terlalu sulit, juga tidak terlalu ketat seperti Roblox."
Bicara soal tren NFT yang kabarnya sedang turun, Elston mengatakan bahwa nilai NFT memang unik.
"Jika melihat dari perspektif UGC, anggaplah kamu menggambar senjata lalu dijual di marketplace, kita harus bisa memverifikasi semua pendapatan hanya masuk ke akunmu, ini bisa diverifikasi di chain," kata Elston.
"Level transparansi semacam ini menurut kami adalah inti dari blockchain," imbuhnya.
Ia mengakui, ada tantangan seperti scam atau penyalahgunaan, di mana ini juga terjadi di semua teknologi baru. Untuk ini, Ethlas juga membentuk divisi yang bertugas menjaga keamanan siber.
Advertisement