Pavel Durov Sebut Telegram Kini Mulai Untung

Pendiri sekaligus CEO Telegram Pavel Durov mengatakan, Telegram kini mulai untung. Salah satunya berkat layanan premium berlangganannya yang sudah dipakai oleh 12 juta pelanggan.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 24 Des 2024, 19:00 WIB
Diterbitkan 24 Des 2024, 19:00 WIB
[Bintang] Begini Penampilan Keren Bos Telegram Saat Mampir ke Indonesia
Bos Telegram, Pavel Durov menyambangi kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Selasa (1/8/2017). (Foto: Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pendiri Telegram, Pavel Durov, menyebut bahwa perusahaannya itu mulai untung. Durov mengatakan, aplikasi chatting Telegram membukukan total pendapatan lebih dari USD 1 miliar di tahun 2024.

Mengutip Tech Crunch, Selasa (24/12/2024), Telegram diketahui meluncurkan layanan premium berlangganannya pada 2022. Kini, Telegram tercatat memiliki 12 juta pelanggan berbayar.

Durov juga mengatakan, aplikasi Telegram menyelesaikan tahun 2024 dengan mendapatkan USD 500 juta dalam bentuk cadangan kas, tanpa menghitung aset kriptonya.

CEO Telegram ini juga mengatakan, perusahaan sudah melunasi sejumlah besar obligasi utangnya pada musim gugur ini.

"Selama empat tahun terakhir, Telegram telah menerbitkan sekitar USD 2 miliar dalam bentuk utang. Kami telah melunasi sebagian besar utang tersebut pada musim gugur ini, memanfaatkan harga obligasi Telegram yang menguntungkan. Namun, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan," kata Durov dalam unggahan di X alias Twitter.

Dalam wawancara dengan Financial Times awal tahun ini, CEO Telegram Pavel Durov menyebut, perusahaan akan mencapai profitabilitas pada 2025. Selanjutnya, Telegram memiliki rencana untuk go public di masa mendatang.

Saat ini Telegram tercatat memiliki 950 juta pengguna aktif bulanan. Telegram juga memiliki fitur-fitur untuk mendukung bisnis, menambahkan layanan bagi hasil iklan, memungkinkan para pembuat konten untuk mendapatkan uang via konten berbayar di dalam channel, hingga meluncurkan toko aplikasi mini.

 

Tips Hindari Phishing Berkedok Langganan Telegram

Ikon aplikasi Telegram Premium (Dok. Telegram)
Ikon aplikasi Telegram Premium (Dok. Telegram)

Sementara itu, Ancaman Telegram Premium palsu kini menyebar secara global. Kaspersky pun memberi peringatan atas hal ini, pasalnya, Telegram Premium palsu ini berupaya menarget pengguna dengan penipuan phishing dan malware yang disamarkan ke berbagai versi aplikasi alternatif.

Serangan ini ditujukan untuk mencuri kredensial akun atau membahayakan perangkat. Penipuan phishing tersebut memanfaatkan popularitas Telegram Premium dan fitur hadiah.

Sekadar informasi, Telegram Premium sendiri sebenarnya merupakan layanan berlangganan yang menawarkan fitur eksklusif untuk pengguna aplikasi chatting Telegram.

Fitur yang dimaksud meliputi kecepatan download lebih cepat, konversi suara ke teks, stiker premium, pengalaman bebas iklan, dan lain-lain.

Telegram Premium pun bisa dijadikan hadiah dari seorang pengguna Telegram untuk pengguna lainnya. Kaspersky mendeteksi kalau fitur hadiah ini dimanfaatkan oleh penipu online.

Modus Penipuan, Kirim Pesan hingga Email

Telegram
Ilustrasi Telegram. (Doc: Newsweek)

Salah satu trik penipuan yang dilakukan adalah saat pengguna menerima pesan yang seolah berasal dari seseorang di daftar kontak mereka yang akunnya mungkin telah diretas.

Pesan tersebut berisi klaim "Anda telah dikirimi hadiah -- langganan Telegram Premium". Lalu di bawahnya ada pesan link yang kelihatannya asli, padahal sebenarnya mengarahkan pengguna ke halaman phishing.

Email Berisi Link Phishing

Pengguna diminta untuk masuk ke Telegram. Jika korban memasukkan kredensial, akun mereka pun bisa dibobol. Pasalnya penipu bisa mengakses detail login, kata sandi, hingga kode autentikasi mereka.

APK Malware

Logo Aplikasi Telegram
Logo Aplikasi Telegram

Selain mengirimi pesan, si penipu online juga bisa memakai metode lain untuk mengirim link phishing, misalnya via email. Jika si korban mengklik link tersebut, akun mereka pun dibobol.

Cara lainnya adalah dengan melibatkan penjahat dunia maya yang mengirim undangan ke korban untuk mengunduh file ZIP atau APK dengan klaim merupakan versi Premium Telegram. Tautan unduhan tersebut justru mengarahkan pengguna ke halaman phishing, meminta korban login ke Telegram.

Skema lainnya adalah penipu mengirim tautan untuk mengunduh APK dengan klaim bahwa itu adalah aplikasi yang dimodifikasi, padahal sebenarnya malware.

Infografis Waspada Penipuan Online Shop via Medsos
Infografis Waspada Penipuan Online Shop via Medsos. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya