Liputan6.com, Jayapura - PT Pokphan Jayapura mengaku kesulitan memasarkan pembibitan anak ayam yang diklaim tahan penyakit ke sejumlah kabupaten di Bumi Cenderawasih. Salah satu kendala yang ditemui perusahaan ini yaitu transportasi udara.
Manajer Marketing PT Pokphan wilayah Maluku-Papua, Nasib Karo-karo mengatakan, perseroan mampu memproduksi 100 ribu per minggu anak ayam sepanjang 2012. Anak ayam tersebut bisa dikirim ke sejumlah kabupaten seperti Sorong, Nabire, Merauke dan Timika.
Namun selepas maskapai Merpati tak lagi beroperasi, maka distribusi hingga ke distrik-distrik untuk anak ayam tersebut juga tak lagi dapat dilakukan.
Advertisement
“Pesawat Merpati di Papua bisa melayani hingga ke distrik-distrik terpencil. Setelah maskapai tersebut ditutup, perusahaan kami hanya melayani sejumlah kabupaten di Papua, yakni Kabupaten Jayapura, Sarmi, Keerom. Padahal bibit anak ayam ini dapat mencukupi ketersediaan stok di Papua,” ujarnya, Jumat (2/5/2014).
Untuk mencukupi pasokan disejumlah kabupaten, seperti Timika, Nabire dan Sorong, beberapa pengusaha harus menyewa pesawat sekitar Rp 45 juta-Rp 50 juta untuk pengiriman bibit anak ayam. Biasanya sejumlah pengusaha ini mengambil bibit anak ayam seminggu dua kali, yakni pada hari Senin dan Jumat.
“Setiap pengiriman kepada peternak paling banyak 85 boks, padahal permintaan cukup banyak. Pesanan peternak tersebut juga tak bisa langsung dikirim, karena sulitnya transortasi udara di Papua,” jelasnya.
PT Pokphan Jayapura mengaku setiap minggunya dapat memproduksi 700-1.000 anak ayam. Sementara permintaan paling banyak setiap hari sekitar 250 boks. Satu boks berisi sekitar 102 anak ayam dengan harga Rp 6.000-Rp 7.500 per ekor.
“Paling banyak yang meminta anak ayam adalah peternak dari Jayapura sekitar 40%, sisanya Biak, Sarmi, Sentani dan Keerom. Semua wilayah ini bisa ditempuh dengan jalur kendaraan roda empat, kecuali Biak dengan menggunakan pesawat terbang,” ucap dia lagi. (Katharina
Janur)