Ini Jurus Kemendag Antisipasi Kenaikan Harga saat Ramadan

Kemendag akan menggandeng Pemerintah Daerah (Pemda) untuk menggelar pasar murah.

oleh Septian Deny diperbarui 30 Mei 2014, 19:06 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2014, 19:06 WIB
Menteri Perdagangan Muhamad Lutfi
Menteri Perdagangan Muhamad Lutfi (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan pangan  di luar batas kewajaran menjelang dan selama bulan Ramadan, berbagai macam cara telah disiapkan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi mengatakan, pihaknya telah mengumpulkan Dinas Perdagangan dari 33 provinsi di seluruh Indonesia untuk membahas pengendalian harga pangan saat Ramadan.

"Jadi bisa disimpulkan bahwa stok pangan per hari ini atau H-30 Ramadan tendensinya cukup baik, struktur juga lebih baik dan secara jumlah lebih baik dari tahun sebelumnya," ujarnya di Kantor Kemendag, Jakarta Pusat, Jumat (30/5/2014).

Kemendag juga akan bekerjasama dengan perusahaan yang bernaung di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Bulog dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) untuk mengelar operasi pasar. Langkah tersebut dilakukan agar masyarakat dapat membeli produk pangan dengan harga yang terjangkau melalui operasi pasar tersebut.

"Pasar murah Bulog, ada minyak goreng, terigu, gula. Ini akan dikerjakan Warung Rajawali (milik RNI) juga untuk gula. Pasar penyeimbang ini perlu karena di kala permintaan meningkat, kadang terjadi spekulasi. Objektif pasar itu agar tidak ada spekulasi ketika permintaan tinggi," katanya.

Selain bekerjasama dengan perusahaan BUMN, Kemendag juga akan menggandeng Pemerintah Daerah (Pemda) untuk menggelar pasar murah dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). "Akan dilaksanakan dari hari pertama puasa," jelas Lutfi.

Kemendag juga berencana untuk memasang papan daftar harga elektronik di 165 pasar diseluruh Indonesia. Papan ini ditujukan untuk menjadi referensi harga bagi pedagangan dan pembeli.

"Kami akan berikan informasi harga kepada 165 pasar dari 33 provinsi agar terlihat apakah daerah itu kelebihan suplai atau memerlukan barang tertentu untuk daerah sekitar," ungkapnya.

Meski sudah mempunyai banyak jurus, Lutfi mengakui kemungkinan besar masih akan terjadi kenaikan harga bahan pangan terutama di wilayah Indonesia Timur. Pasalnya, ia belum bisa mengantisipasi masalah distribusi terutama pada wilayah Indonesia timur. Ia berharap hal tersebut tidak menjadi masalah besar.

"Masalah di bagian timur soal cuaca karena menghadapi musim hujan, tinggi ombak sehingga keadaan alam tidak  bersahabat. Distribusi menjadi masalah utama di timur. Misalnya distribusi BBM sangat sulit di daerah-daerah terpencil seperti Ambon, Maluku Utara, Manokwari, Papua punya masalah yang kritikal," tandas dia. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya