Harga Emas Kian Berkilau, Ini Pemicunya

Harga emas diprediksi melanjutkan penguatannya pada pekan ini. Apa penyebabnya?

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 23 Jun 2014, 16:35 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2014, 16:35 WIB
Ilustrasi Harga Emas Naik
Ilustrasi Harga Emas Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas ditutup menguat dan menembus level di atas US$ 1.300 per ounce pada pekan lalu. Hal ini mengindikasikan masih adanya potensi penguatan harga.

Menurut Head of Reseach and Analysis Divison PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra,  potensi penguatan ke area resisten berikutnya di kisaran US$ 1.335 per ounce. Sementara level US$ 1.306 per ounce menjadi level support penting.

"Pergerakan di bawah support ini berpeluang mendorong harga turun ke US$ 1.285 per ounce," jelas Ariston saat dihubungi Liputan6.com, Senin (23/6/2014).

Faktor konflik Irak mungkin masih menjadi penguat harga emas. Logikanya konflik Irak mendorong kenaikan harga minyak mentah, yang berpotensi menaikkan inflasi, emas diburu untuk melindungi nilai aset dari inflasi.

Penggerak harga emas lainnya yaitu data survei manufaktur China oleh HSBC, data PMI Zona Euro, dan beberapa data ekonomi Amerika Serikat (AS).
"Data China terkait dengan potensi permintaan emas, sementara data euro dan AS terkait nilai tukar dolar AS," terangnya.

Harga emas sempat menguat ke level US$ 1.321 per ounce pada kamis pekan lalu, penguatan harian terbesar sejak September 2013 sekaligus level tertinggi tujuh minggu. Emas ditutup di level US$ 1.314 per ounce dan mencatatkan kenaikan tiga pekan berturut-turut.

"Kenaikan itu dipicu keputusan FOMC meeting yang kurang hawkish, di mana Bank Sentral AS (The Fed) belum secara jelas menetapkan jadwal kenaikan suku bunga," ungkap analis dari Centralfutures.com, Wahyu Tri Laksono.

Kini, potensi penguatan ke level US$ 1.330 per ounce masih terbuka jika emas mampu menguat ke atas level US$ 1.322 per ounce. Jika emas bisa lanjut menembus level US$ 1.330 per ounce, maka terbuka potensi untuk mendekati resisten yang berada di level US$ 1.345, US$ 1.360, US$ 1.370, dan US$ 1.387, resistance terkuat berada di US$ 1.400 dan US$ 1.416.       

Kegagalan menembus level US$ 1.322, lanjut dia, akan berpotensi kepada pengujian support emas. Support terdekat berada di US$ 1.305, US$ 1.300, dan US$ 1.295. Tembusan di bawah level US$ 1.295 akan memicu potensi bearish emas ke level US$ 1.290, US$ 1.282, US$ 1.273, dan US$ 1.258.

"Support terkuat berada di US$ 1.240. Tembusan di bawah level US$ 1.240 akan membuka jalan pelemahan ke support jangka menengahnya yang berada di  level US$ 1.230, US$ 1.215, US$ 1/200, dan  terkuat di US$ 1.180," papar Wahyu.

Faktor fundamental yang signifikan dari AS bagi pergerakan harga emas pekan ini adalah rilis data penjualan rumah eksisting di AS yang dirilis Senin, lalu data penjualan rumah baru dan tingkat kepercayaan konsumen AS yang dikeluarkan Selasa besok. Kemudian data produk domestik bruto (PDB) dan data pemesanan barang tahan lalu  pada Rabu, laporan klaim pengangguran pada hari berikutnya dan data  sentimen konsumen pada Jumat. (Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya