Hingga Juni, 40 Industri Alas Kaki Hengkang dari Jabodetabek

Relokasi merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kelangsungan industri alas kaki.

oleh Septian Deny diperbarui 24 Jun 2014, 10:12 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2014, 10:12 WIB
Fashion Bahan Kulit Indonesia Diminati Mancanegara
Pada 2013 kalangan industri sepatu atau alas kaki di Indonesia mampu mengekspor sepatu dengan nilai US$ 3,9 miliar, Jakarta (30/5/2014) (Liputan6.com/Faizal Fanani).

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mencatat ada 40 industri alas kaki yang hengkang dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) hingga pertengahan Juni ini.

Industri alas kaki baik skala kecil maupun skala besar tersebut kebanyakan merelokasi pabriknya ke beberapa wilayah seperti Yogyakarta, Ngawi, Kediri, Tasikmalaya, Banyuwangi dan Blitar.

Ketua Umum Aprisindo Eddy Widjanarko mengatakan, relokasi tersebut merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kelangsungan industri alas kaki. Relokasi ini juga alternatif yang diberikan asosiasi kepada industri agar investasi tetap bertahan di dalam negeri.

"Sebenarnya kita memberikan pilihan kepada pengusaha, jika ingin terus bertahan di Jabodetabek atau dia bisa memindahkan pabriknya ke daerah lain, sehingga bisa bertahan," ujarnya di Jakarta, seperti ditulis Selasa (24/6/2014)

Menurut Eddy, setelah merelokasi pabriknya, produksi alas kaki dari beberapa perusahaan tersebut terbilang cukup stabil meski belum sebaik seperti sebelumnya. "Jika mau bertahan di Jabodetabek boleh saja, tetapi mau sampai kapan, sampai akhirnya tutup?," kata dia.

Eddy mengungkapkan, sebelumnya banyak investor yang ingin menarik keluar modalnya dengan memindahkan pabriknya ke negara ASEAN lain seperti Vietnam dan Myanmar. Alasannya, situasi di kedua negara tersebut lebih kondusif dibanding Indonesia.

Hal ini membuat pihaknya menawarkan 135 perusahaan alas kaki di Jabodetabek untuk memindahkan produksinya ke Jawa Timur, jawa Tengah dan Jawa Barat, dimana ketiga provinsi tersebut dianggap masih memiliki cukup banyak ruang dan situasi pekerja yang lebih kondusif. (Dny/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya