Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengaku terus mencari upaya mengurangi impor avtur dan emisi gas rumah kaca. Seperti yang dilakukan saat ini dengan menggelar penelitian terkait pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) dengan avtur.
VP Corporate Strategic Planning PT Pertamina Heru Setiawan mengaku pihaknya tengah mencari sumber bahan baku buah yang mengandung minyak nabati yang bisa dicampurkan dengan avtur melalui penelitian di laboratorium.
"Vegetable oil apa yang kita gunakan kita lakukan kajian ada sawit, ada beberapa kita kaji karena kita produksi sawit banyak selama ini kita kaji studi kelayakan dengan kelapa sawit tapi kita terbuka menggunakan teknologi vegetable lain," kata Heru di Kantor Kementerian Perhubungan Jakarta, Selasa (26/8/2014).
Dia mengungkapkan, saat ini Pertamina sudah melakukan uji coba pencampuran avtur dengan BBN dari kelapa sawit di kilang Dumai. Dalam uji coba tersebut pertamina sudah berhasil.
"Pilot kita sudah berhasil menghasilkan bioavtur dengan sawit dan vegetable lain, kita uji salah satu di kilang kita di Dumai, sehingga bagaimana kualitasnya, sehingga kita harus complain," ungkapnya.
Menurut dia, Pertamina akan mencampur avtur dengan BBN kandungan 2 persen. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan. KP 201 Tahun 2013 untuk mengurangi gas efek rumah kaca.
"Jadi kira-kira sampai berapa persen kita implementasikan biofuel, kita akan bertahap awalnya kita terapkan 2 persen," tutur dia.
Setiap tahunnya, Indonesia mengimpor avtur 5 juta kilo liter (Kl) dengan pencampuran BBN 2 persen tersebut dapat mengurangi impor avtur. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 25 Tahun 2013.
"Kurang lebih 5 juta kl per tahun. Dilihat saja 2 persen dari 5 juta kl berapa, saat ini kita masih impor avtur dengan 2 persen terkurang," tutup dia.(Pew/Nrm)