Mau Maju RI Harus Jadi Negara Industri

Untuk menjadi negara industri, Indonesia harus memiliki kecukupan energi, seperti listrik dan gas.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 17 Okt 2014, 17:14 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2014, 17:14 WIB
Kembangkan SDM, Toyota Indonesia Guyur Dana Rp 160 M
Industri otomotif menjadi salah satu sektor yang langsung bertarung ketika perdagangan bebas bergulir.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi Sumber Daya Mineral Ad Interim Chariul Tanjung mengungkapkan, jika ingin menjadi negara maju maka Indonesia harus menjadi negara industri.

Chairul mengatakan, untuk menjadi negara industri, Indonesia harus memiliki kecukupan energi, seperti listrik dan gas.

"Kita untuk menjadi negara maju harus jadi negara industri, untuk jadi negara indutrri listirk kita harus cukup, energi kita harus cukup, tanpa itu tidak mungkin," kata Chairul di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (17/10/2014).

Menurut dia, salah satu bentuk dukungan untuk menunjang Indonesia sebagai negara industri, adalah pasokan gas dari kilang Tanggung Papua sebanya 40 persen ke dalam negeri.

"Seperti diketahui BP Tangguh telah melakukan pembangunan Train I dan II akan dilanjutkan pembangunan Train III untuk itu pemerintah telah melakukan negosiasi 40 persen yang diproduksi Tangguh jadi hak kita," tutur Chairul.

Sebesar 40 persen gas tersebut diserahkan ke PT PLN (Persero) untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi pembangkit listrik. Karena harga gas yang murah dapat menggantikan peran Bahan Bakar Minyak (BBM).

Dengan begitu, biaya produksi listrik akan lebih murah. Tentunya hal tersebut akan berimbas pada subsidi listrik dan harga jual listrik sehingga industri lebih kompetitif.

"Cost mengurangi pembangkitan listrik menggunakan solar dengan demikian dapat dihemat pembiayana negara subsidi ditekan harga listrik kompetitif bersaing dengan industri dunia," pungkas dia. (Pew/Nrm)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya