Pemerintah Sudah Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Bakal Melambat

Pemerintah akan memperbaiki persoalan perizinan untuk merangsang investor masuk ke Indonesia

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 05 Nov 2014, 17:29 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2014, 17:29 WIB
Sidang Perdana Kabinet Kerja Jokowi-JK
(Kiri ke kanan) Puan Maharani, Sofyan Djalil dan Tedjo Edy Purdjianto saat mengikuti sidang perdana di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (27/10/2014). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengeluarkan laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2014 sebesar 5,01 persen. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengaku pertumbuhan itu sudah diperkirakan pemerintah meski dirinya memperkirakan bisa di atas 5,01 persen.

‎"Itu angka BPS yang baru rilis, itulah kondisi yang kita hadapi, oleh sebab itu harus bergerak cepat," kata Sofyan di Jakarta, Rabu (5/11/2014).

Cara bergerak cepat yang dilakukan pemerintah saat ini adalah dengan memperbaiki persoalan perizinan demi merangsang investor untuk berinvestasi di Indonesia.

Dengan banyaknya dana investasi yang masuk, nantinya akan membantu pertumbuhan industri dan tenaga kerja yang akan‎ memicu peningkatan pertumbuhan ekonomi secara nasional.

Namun begitu apa yang dilakukannya tersebut tidak akan dirasakan dampaknya pada kuartal terahir tahun 2014 mengingat hal itu membutuhkan proses yang panjang.

‎"Mungkin kuartal IV juga tidak akan banyak yang kita lakukan, pemerintah dalam bulan-bulan ini akan melakukan apa saja yang bisa dilakukan, tapi untuk diketahui bahwa source daripada pertumbuhan itu kan banyak, jadi responnya itu perlu waktu," papar Sofyan.

Seperti diketahui,‎ BPS mencatat perekonomian Indonesia pada kuartal III-2014 tumbuh 5,01 persen dibandingkan periode yang sama di 2013. Sementara secara kumulatif (kuartal I sampai III), ekonomi nasional tumbuh 5,11 persen.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III-2014 dibanding kuartal II-2014 mencapai 2,96 persen (q-to-q). (Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya