Guru Besar UI: Jokowi Harus Paham MEA Bukan Ajang Persaingan

Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA pada 2015 mendatang harus dipahami sebagai forum kerjasama, bukan forum persaingan.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 20 Nov 2014, 19:17 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2014, 19:17 WIB
Pasar Bebas ASEAN
(Foto: jmproid)

Liputan6.com, Jakarta- Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia Sri Edi Swasono mengatakan, Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA pada 2015 mendatang harus dipahami sebagai forum kerjasama, bukan forum persaingan. Ia juga menekankan agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) memahami hal tersebut.

"Presiden Jokowi di dalam forum APEC baru-bari ini sempat slipped of the tounge, yang meleset dari mindset kerjasama dan presiden mengatakan agar dilakukan persaingan secara fair," kata Sri Edi di Jakarta, Kamis (20/11/2014).

"Saya berharap Presiden Jokowi dapat menjadi tokoh di ASEAN yang menegakkan kembali makna dan forum kerjasama di mana semua pihak memperoleh manfaat tambahan dan tidak ada satupun yang dirugikan. Masyarakat Ekonomi ASEAN bukanlah a zero sum community," tambahnya.

Untuk di dalam negeri, Sri Edi menganjurkan pemerintah meningkatkan daya kerjasama antar investor dan pebisnis Indonesia sendiri untuk saling dukung dan saling memajukan. Ia menilai peran negara untuk turun tangan penting dan diperlukan.

"Dukungan the visible hand dan intervensi negara merupakan keharusan, bukan sekadar opsi, demi meningkatkan ketahanan dan kemampuan ekonomi serta bisnis dari anak negeri," ujarnya.

Nantinya, MEA yang dipandang sebagai forum kerjasama dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi, kuantitas dan kualitas di Indonesia. Dengan demikian, lanjut penasihat Menteri PPN/ Bappenas ini, Indonesia terhadap luar negeri ataupun lingkungan ASEAN sendiri akan meningkatkan posisi tawarnya. (Alvin/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya