Liputan6.com, Kuala Lumpur- Berniat memangkas subsidi BBM yang kian membengkak, Presiden Joko Widodo akhirnya memutuskan harga bahan bakar minyak (BBM) naik sebesar Rp 2.000/liter masing-masing untuk premium dan solar. Tak lama setelah keputusan tersebut diambil, pemerintah Malaysia dikabarkan akan menghapus seluruh subsidi BBM terhitung 1 Desember 2014.
Artinya, seperti dikutip dari Strait Times, Minggu (23/11/2014), Malaysia akan mengakhiri rezim BBM bersubsidi yang telah berlangsung selama 31 tahun. Penghapusan subsidi untuk RON95 dan solar tersebut tentu akan membuat harga BBM naik di Malaysia.
Langkah tersebut akan membantu Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatasi defisit anggaran yang terus menjadi masalah di negaranya.
Advertisement
Subsidi BBM di Malaysia tercatat berjumlah 24 juta ringgit tahun lalu dan menjadi faktor utama yang menguras keuangan negara dalam 10 tahun terakhir.
Sementara itu pemerintah Jokowi menaikkan harga BBM bersubsidi di Indonesia sekitar 31 persen guna menyelamatkan anggaran negara sekitar US$ 8 miliar tahun depan.
Sejauh ini di Malaysia, harga BBM Malaysia jenis RON97 masih dibiarkan mengambang mengikuti pergerakan harga minyak dunia. Pemerintah menentukan langkah tersebut sejak Juli 2007.
Rencananya, mulai bulan depan, harga BBM RON95 dan solar juga akan diperlakukan sama. Di bawah sistem pengaturan harga tersebut, pemerintah akan menentukan dan memperbarui harga BBM di Malaysia dari waktu ke waktu berdasarkan harga minyak dunia dan tidak menggantungkannya pada para riteler.
Pemerintah Malaysia juga mengungkapkan pihaknya telah memberlakukan pajak konsumen tiga sen per linter untuk tiap pembelian BBM jenis RON95 sejak 1 November. Tapi penurunan harga minyak mentah dunia diprediksi akan menurunakan harga BBM jenis RON95 tersebut.
"Sejak 1 hingga 19 November, harga rata-rata RON95 jatuh ke level 2,27 ringgit per liter di bawah harga jual 2,3 ringgit per liter. Pemerintah akan melakukan pengawasan harga pasar dari 20-30 November untuk menentukan harga jual di pasaran pada Desember," ungkap Menteri Urusan Perdagangan dan Konsumen Malaysia Hasan Malek.
Najib memang tengah berusaha memangkas defisit anggaran menjadi tiga persen tahun depan dari 3,5 persen tahun ini. Tapi subsidi BBM masih menjadi hambatan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan rencana kebijakan terbaru tersebut, harga BBM dalam naik dan turun mengikuti pergerakan minyak dunia. (Sis/Ndw)