Liputan6.com, Kuala Lumpur - Setelah dua hari dinyatakan hilang, pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 rute Surabaya-Singapura masih juga belum ditemukan. Akibat hilangnya pesawat tersebut, bisnis penerbangan AirAsia tahun depan diprediksi meredup.
"Berdasarkan asumsi kami, setiap penurunan 1 ringgit pada rata-rata penjualan tiket berpotensi memangkas pendapatan AirAsia sekitar 3 persen pada 2015, jika kondisi tetap seperti sekarang," ungkap analis Affin Hwang Investment Bank dalam laporannya seperti dikutip dari Malaysian Insider, Selasa (30/12/2014).
Sepanjang perdagangan kemarin, saham AirAsia Bhd turun 8,5 persen menjadi 2,69 ringgit dengan total perubahan kepemilikan 103,2 juta saham. Akibat insiden tersebut saham AirAsia tercatat sempat anjlok sebesar 11,6 persen pada perdagangan sebelumnya.
Advertisement
Dalam jangka panjang, bank investasi yang berbasis di Malaysia ini menyebutkan, dampak dari insiden hilangnya pesawat AirAsia tersebut dapat mengusik reputasi dan merek yang selama ini telah dibangun.
Kekuatan persaingan penjualan tiket saat ini juga akan terganggu, begitu pula dengan yield dari perusahaan penerbangan tersebut.
Meski begitu, Affin Hwang Investmen masih optimis dengan catatan kinerja dan prosedur keamanan AirAsia yang selama ini memang terbukti sangat sangat baik. Meski sangat menyayangkan insiden itu, para analis di bank tersebut yakin bahwa setiap pelemahan harga saham dapat menjadi peluang untuk menguat kembali.
Dalam laporan terpisah, para analis Hong Leong Investment mengungkapkan, insiden terbaru ini dapat memberikan dampak mendalam pada sentimen perjalanan udara regional. Pasalnya, sebelum pesawat QZ8501 dinyatakan hilang, dua insiden lain juga menimpa maskapai Malaysia Airlines pada Maret dan Agustus tahun ini.
"Prediksi kami mengenai pemulihan perjalanan udara di Malaysia pada tahun 2015 menjadi mentah kembali karena insiden yang baru saja menimpa AirAsia," seperti tertulis dalam laporan HLIB.
Meski bagitu, bank investasi tersebut yakin AirAsia mampu memulihkan bisnisnya dengan cepat. Tapi AirAsia masih harus memangkas yield untuk 2015 dan 2016, masing-masing sebesar 5 persen dan satu persen karena lemahnya penjualan tiket.
"Alhasil, target pendapatan AirAsia di tahun 2015-2016 akan dipangkas sebesar masing-masing 17,6 persen dan 3,8 persen," katanya. (Sis/Nrm)