Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah harga kebutuhan pokok yang meroket di pasaran pada awal Maret ini. Hal ini tentu saja membuat rakyat meringis karena semakin besarnya biaya hidup yang harus dikeluarkan.
Berdasarkan pantauan Liputan6.com, Senin (2/3/2015), terdapat lima kebutuhan pokok yang harganya naik yaitu Premium, Pertamax Cs, beras, elpiji 12 kg, hingga sayuran seperti cabai dan bawang merah.
Menurut Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo, kenaikan harga komoditas dasar tersebut tentunya akan berpengaruh ke pengeluaran rumah tangga. Masyarakat kelas menengah bawah merupakan yang paling terpukul akibat kenaikan harga tersebut.
Advertisement
"Karena kenaikan harga kebutuhan pokok itu tidak diimbangi dengan meningkatnya pendapatan. Jadi akan berpengaruh ke pengeluaran," kata Sudaryatmo saat berbincang dengan Liputan6.com.
Lengkapnya, berikut ulasan kenaikan harga lima komoditas seperti dirangkum Liputan6.com:
Harga BBM jenis premium naik menjadi Rp 6.800 per liter mulai 1 Maret 2015 pukul 00.00 WIB. Harga tersebut untuk wilayah di luar Jawa, Madura dan Bali. Sedangkan khusus untuk di daerah Jawa, Madura dan Bali, Pertamina membanderol Premium di harga Rp 6.900.Â
Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Saleh Abdurrahman mengatakan, keputusan pemerintah untuk menaikan harga Premium tersebut diambil atas beberapa pertimbangan.
Salah satu pertimbangan tersebut adalah rata-rata harga indeks minyak di Singapura atau Mean of Platts Singapore (MOPS) yang selama ini menjadi patokan bagi RI untuk menentukan harga BBM.
Saleh menjelaskan, harga patokan untuk solar (MOPS Gasoil) sepanjang Pebruari mengalami kenaikan menjadi di kisaran US$ 62 per barel hingga US$ 74 per barel. "Sementara MOPS Premium mengalami kenaikan menjadi di kisaran US$ 55 per barel hingga US$ 70 per barel," kata Saleh.
Langkah ini juga diambil untuk menjaga kestabilan sosial ekonomi pengelolaan harga dan logistik. Meski harga premium naik, harga BBM minyak solar subsidi serta minyak tanah, harganya tetap.
Klik selanjutnya: Pertamax Cs
Selanjutnya
Tak hanya premium, harga BBM non subsidi yaitu Pertamax CS yang dijual di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) milik Pertamina juga mengalami kenaikan mulai 1 Maret 2015.
BBM non subsidi untuk jenis Pertamax Plus 95 dijual di harga Rp 9.450 per liter, sedangkan untuk Pertamax 92 dihargai Rp 9.250 per liter, dan untuk Pertamina Dex dihargai Rp 10.700 per liter.
Sebelumnya, harga Pertamax Plus 95 berada di level Rp 9100 per liter, harga Pertamax 92 di angka Rp 8.050 per liter dan Pertamina Dex di harga Rp 9.850 per liter.
Begitupula harga BBM yang dijual SPBU PT Shell Indonesia, di Kawasan Pejanten Jakarta Selatan, juga mengalami kenaikan. BBM Shell dengan produk Super dibandrol Rp 8,150 per liter, V-Power Rp 8.350 per liter dan Diesel Rp 9.800 per liter.
Jika dilihat dari pantauan harga sebelumnya, Shell membanderol BBM jenis Super di level Rp 8.100 per liter, V-Power di harga Rp 9.100 per liter dan Diesel di angka Rp 9.500 per liter.
Pertamina memutuskan untuk menaikkan harga elpiji non subsidi atau elpiji untuk ukuran 12 kilogram (kg) menjadi Rp 134 ribu per tabung dari sebelumnya Rp 129 ribu per tabung. Kenaikan tersebut mulai berlaku di awal Maret 2015 ini.
Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang menjelaskan, Pertamina memutuskan untuk menaikkan harga elpiji 12 kg karena mengikuti kenaikan harga bahan baku elpiji yang mengacu pada Contract Price (CP) Aramco. "Karena harga gas sesuai CP Aramco yang terus naik maka elpiji juga ikut naik," ungkap Bambang, di Jakarta.
Bambang menjelaskan, skema perubahan harga gas elpiji non subdidi saat ini memang cukup dinamis karena mengikuti pola penetapan harga BBM non subsidi. Jika BBM non subsidi mengikuti patokan harga di indeks minyak di Singapura atau Mean of Platts Singapore (MOPS), sedangkan untuk gas elpiji mengikuti CP Aramco.
Senior Vice President Non Fuel Marketing Pertamina, Taryono menambahkan, pola penetapan harga yang dinamis tersebut bisa menghindarkan Pertamina dari kerugian atas penjualan elpiji 12 kg.
"Kami saat ini tidak mengalami kerugian dalam menjual elpiji 12 kg dan juga elpiji jenis lainnya. Namun memang untuk ekpiji subsidi dengan ukurang 3 kg kami masih mepet kadang kalau operating cost naik bisa rugi, jadi sudah tipis," pungkasnya.
Selama era Jokowi, kenaikan ini merupakan kenaikan kedua. Akibat dari kenaikan harga elpiji 12 kg yaitu adanya kelangkaan elpiji 3 kg karena masyarakat pengguna elpiji 12 kg bermigrasi ke elpiji tabung berkelir melon tersebut. Karena sulit didapat, harga elpiji 3 kg juga kian mahal di pasaran.
>> Klik selanjutnya: harga sayuran
Advertisement
Selanjutnya
4. Harga sayuran
Harga cabai rawit merah terpantau tinggi di pasar tradisional. Tingginya harga cabai karena minimnya pasokan di Pasar Induk Kramat Jati.
Imam (31) Pedagang Pasar Kebayoran Lama mengatakan, harga cabai merah naik dari sebelumnya Rp 30 ribu per kg menjadi Rp 40 ribu per kg. Kenaikan terjadi secara bertahap dalam tiga hari.
"Dari pasar induk sudah Rp 30 ribu per kg. Di sana agak sepi," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Senin (2/3/2015).
Begitu pula dengan bawang merah. Dia menuturkan, harga bawang naik sebanyak Rp 6.000 per kg. Sebelumnya bawang di jual dengan harga Rp 18 ribu per kg, kini dijual dengan harga Rp 24 ribu per kg.
"Bawang merah sama rawit lagi mahal, sudah tiga hari," kata Imam.
Senada, pedagang lain Jarwoto (38) mengatakan harga cabai rawit sedang mengalami kenaikan. Selain itu, dia juga mengatakan komoditas buncis mengalami kenaikan sebanyak Rp 2.000 per kg.
"Biasanya Rp 10 ribu, sekarang Rp 12 ribu," kata Jarwoto.
Kenaikan harga cabai bukanlah untuk pertama kalinya, sebelumnya harga cabai sempat meroket hingga di atas Rp 100 ribu per kg, atau hampir setara daging.
Harga beras naik sejak beberapa minggu terakhir. Kenaikan ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari daerah penghasil padi. Bahkan salah pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Ayong (52) mengatakan, lonjakan harga kali ini menjadi yang terbesar selama 5 tahun terakhir.
Dalam 2 minggu terakhir, harga semua jenis beras baik yang medium maupun premium mengalami kenaikan antara Rp 2.000-Rp 2.200 per kg.
Pemerintah menegaskan kenaikan harga beras di pasar bukan karena penimbunan atau permainan para mafia beras. Kondisi ini murni karena masalah teknis pendistribusian beras terutama beras miskin (raskin).
Untuk itu, Presiden Joko Widodo sampai turun tangan dengan melakukan blusukan ke Gudang Perum Bulog di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dalam kunjungannya, Jokowi melepas puluhan truk yang mengangkut beras untuk melakukan operasi pasar di wilayah Jabodetabek.
Pemerintah menyebar 160 rib‎u ton beras ke wilayah Jabodetabek. Sedangkan seluruh Indonesia 300 ribu ton.
Untuk menurunkan operasi pasar tersebut, pemerintah menghargai beras tersebut dalam dua kategori. Untuk penyaluran raskin beras akan dibanderol seharga Rp 1.600 per kg dan beras untuk operasi pasar disebar dengan harga Rp 7.400 per kg.
Pemyaluran beras ini dilakukan dengan menggunakan 98 truk yang terdiri dari 20 truk pengangkut beras untuk operasi pasar dan sisanya untuk penyaluran raskin ke berbagai wilayah di Jabodetabek. Operasi pasar akan dilakukan di 58 titik pemukiman warga dan di 12 pasar tradisional. (Ndw)