Liputan6.com, Jakarta - Penyelenggaraan World Expo Milano 2015 diklaim telah mengangkat citra Indonesia di mata dunia internasional. Namun siapa sangka di balik kesuksesan paviliun Indonesia sekarang, ada peran dan kegigihan Almarhum Didi Petet yang berjuang hingga ajal menjemput.
Isu mulai dari korupsi, ditipu mafia Italia, pemerintah yang cuek sampai kekurangan modal menerpa pendirian paviliun Indonesia di pameran bertaraf internasional itu. Hal ini yang dikabarkan menimpa Didi Petet selaku penyelenggara atau event organizer paviliun Indonesia lewat Koperasi Pelestari Budaya Nusantara (KPBN).
Dari penjelasan KPBN yang dikirimkan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Ditjen PEN Kemendag) yang diterima Liputan6.com, membeberkan secara gamblang kronologi keterlibatan Didi Petet dalam paviliun Indonesia di World Expo Milano 2015.
Advertisement
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif (Kemenparekraf) memutuskan untuk tidak ikut dalam World Expo Milano 2015, sekitar Desember 2013. Padahal pada tahun sebelumnya, Menteri Perdagangan saat itu, Mari Elka Pangestu menyatakan Indonesia akan ikut serta dalam Expo Milano 2015.
Pada awal Mei 2014, Didi Petet yang mengetahui ketidakhadiran Indonesia dalam Expo Milano 2015, memberanikan diri untuk menyelenggarakan Indonesia Paviliun di ajang tersebut. Pada 20 Maret 2014, KPBN membuat surat kepada Mari Elka Pangestu selaku Menparekraf untuk menjadi penyelenggara paviliun Indonesia di Expo Milano.
Lalu 20 Mei 2014, Didi Petet membuat surat pernyataan KPBN bertanggung jawab sepenuhnya terhadap dana dan menyatakan bahwa KPBN telah mempersiapkan keperluan dana dan seluruh pekerjaan atas biaya KPBN serta mitra.
Â
Pada tanggal 6 Mei 2014, Mari Elka Pangestu mengeluarkan surat kepada CEO Expo Milano yang isi suratnya merekomendasi KPBN untuk membangun Paviliun Indonesia.
Dalam perjalanannya, KPBN mulai membuat desain dan merencanakan pembangunan serta menandatangani kontrak di Milan bahwa Indonesia menjadi partisipan. Karena untuk penyelenggaraan paviliun Indonesia memerlukan dana yang besar, maka setelah pergantian pemerintahan, KPBN melalui Kemendag untuk memberikan dukungan. Hal yang sama dilakukan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.
Karena perlu bagi peserta yang mewakili Negara harus mempunyai Commisioner General, maka Kemendag membuat surat kepada Kementerian Luar Negeri RI untuk memberikan informasi bahwa KPBN akan menjadi penyelenggara Paviliun Indonesia serta dicantumkan bahwa masalah keuangan dan administrasi sepenuhnya menjadi tanggungjawab swasta dalam hal ini KPBN.
Kurang dana
Selanjutnya
Atas dasar surat tersebut, maka KPBN diangkat statusnya menjadi official participant. Selanjutnya KPBN mencoba mencari dana dari sponsor-sponsor karena pembiayaan pembangunan dan operasional pameran selama 6 bulan, diperkirakan sebesar Rp 80 miliar. Sampai saat menjelang pembukaan, baru mendapat sponsor sebesar Rp 33,55 miliar.
Karena kesulitan dana, KPBN harus menerima kenyataan dengan masih adanya kekurangan dana meski pembukaan Paviliun harus dimulai pada 1 Mei 2015.
Dari catatan, harus melunasi pembayaran kontraktor-kontraktor Italia yang mengerjakan Paviliun, termasuk banyaknya pekerjaan tambahan yang memerlukan dana cukup besar, termasuk adanya kendala barang-barang pameran yang tertahan di custom atau Bea Cukai setempat.
Setelah pembukaan Paviliun Indonesia, panitia melakukan penyempurnaan dan telah mengeluarkan barang-barang dari custom atau Bea Cukai. Saat ini, kondisi paviliun Indonesia membaik dan telah dikunjungi rata-rata 8.000 sampai 10.000 pengunjung setiap hari.
Untuk selanjutnya, KPBN berusaha mendapatkan tambahan dana dari sponsor guna membiayai kekurangan untuk operasional sampai selesainya Expo Milan di akhir Oktober 2015. (Fik/Ndw)
Advertisement