Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bervariasi dengan kecenderungan melemah di awal pekan ini. Antisipasi kenaikan suku bunga AS ditambah rilis data neraca perdagangan mempengaruhi laju nilai tukar rupiah.
Menurut data Bloomberg, Selasa (18/8/2015), nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS menjadi 13.840 pada pukul 11.49 waktu Jakarta. Gerak rupiah sempat menguat sentuh level 13.815 per dolar AS pada pukul 08.45 waktu Jakarta. Rupiah dibuka naik tipis 2 poin pada level 13.819 dari penutupan perdagangan Jumat 14 Agustus 2015 di kisaran 13.821. Rupiah pun bergerak di kisaran 13.813-13.856 per dolar AS.
Berdasarkan kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah melemah 68 poin menjadi 13.831 per dolar AS pada Selasa pekan ini dari periode Jumat 14 Agustus di kisaran 13.763 per dolar AS.
Advertisement
Analis PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menuturkan antisipasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) mempengaruhi nilai tukar rupiah. Sedangkan rilis data neraca perdagangan mempengaruhi laju nilai tukar rupiah di awal pekan ini.
Ekspor pada Juli turun diikuti impor, Rully menilai hal itu ada indikasi perlambatan ekonomi. Kalau pendapatan masyarakat tinggi maka mendorong impor lebih besar.
"Ini menandakan ada perlambatan. Pelaku pasar merespons negatif karena pertumbuhan ekonomi kuartal III 2015 juga belum terlalu baik. Jadi memang rupiah dipengaruhi data ekspor impor pada hari ini," ujar Rully saat dihubungi Liputan6.com.
Rully menambahkan, Bank Indonesia (BI) akan tetap di pasar untuk menjaga volatilitas rupiah. BI akan intervensi di pasar dengan kisaran 13.800-13.840 per dolar AS.
Badan Pusat Statistik (BPS) ‎melaporkan neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar US$ 1,33 miliar pada Juli 2015. Angka tersebut diperoleh dari realisasi kinerja ekspor lebih besar dibandingkan impor di bulan ketujuh ini.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, Adi Lumaksono mengungkapkan, neraca perdagangan surplus US$ 1,33 miliar pada Juli 2015, dan ini memecahkan rekor selama 19 bulan sejak Januari 2014.
"Ini adalah surplus terbesar sejak Januari 2014 atau dalam kurun waktu 19 bulan. Jadi memecahkan rekor selama 19 bulan. Karena pada Desember 2013, kita pernah surplus neraca perdagangan lebih dari US$ 1,33 miliar, yakni US$ 1,55 miliar. Ini jadi berita baik buat neraca perdagangan kita," tegas dia (Ahm/Gdn)