Apindo: 1 Juta Buruh Terancam PHK Hingga Akhir 2015

Kondisi ekonomi di dalam negeri yang belum juga membaik serta menurunnya daya beli masyarakat membuat industri lokal dalam keadaan sulit

oleh Septian Deny diperbarui 01 Okt 2015, 18:13 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2015, 18:13 WIB
20150901-Ratusan Buruh Mulai Kuasai Kawasan Patung Kuda-Jakarta
Ratusan buruh mulai terlihat berkumpul di sekitar kawasan Patung Kuda, Jakarta, Selasa (1/8/2015). Mereka menuntut pemerintah menghentikan gelombang PHK yang mengancam akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi ekonomi di dalam negeri yang belum juga membaik serta menurunnya daya beli masyarakat membuat industri lokal dalam keadaan sulit. Lebih jauh lagi, kondisi ini berpotensi meningkatkan kasus pemutusan hubungan kerja (PHK).

Director of Business Development Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Aditya Warman mengatakan, hingga saat ini potensi PHK tengah membayangi sekitar 600 ribu hingga 700 ribu pekerja di dalam negeri. Jika kondisi ekonomi belum juga membaik, hingga akhir tahun potensi PHK bisa meningkat hingga 1 juta tenaga kerja.

"Hingga Desember, diprediksi mendekati hingga 1 juta pekerja buruh kehilangan pekerjaan," ujarnya di Kantor APINDO, Jakarta, Kamis (1/10/2015).

Guna mengantisipasi hal ini, pemerintah diminta segera memperbaiki kondisi ekonomi di dalam negeri. Sejauh ini, pemerintah mengeluarkan dua paket kebijakan. Para pengusaha menunggu keampuhan paket-paket kebijakan tersebut memperbaiki kondisi ekonomi.

"Tanpa ada sinergi rasanya sedang bertarung dalam satu ring dan pemerintah nggak bisa berbuat apa-apa," lanjutnya.

Sedangkan bagi pengusaha, Aditya berharap bisa lebih berhati-hati dalam mengambil langkah bisnisnya di tengah kondisi ekonomi yang tengah melambat dan menurunnya daya beli masyarakat ini. Sebab jika tidak, akan semakin banyak kasus PHK terjadi di dalam negeri.

"Hati-hati kemampuan produkstivitas masing-masing pengusaha. Kenapa? Karena daya beli masyarakat menurun. Sebab harga naik, kenapa? Karena impor naik," tandasnya. (Dny/Zul)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya