Hutan Terbakar, Produsen Bahan Baku Kertas Gigit Jari

Bukan hanya produksi yang terancam gagal tercapai, tetapi juga munculnya ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK).

oleh Septian Deny diperbarui 30 Okt 2015, 10:30 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2015, 10:30 WIB
Kebakaran-Hutan-Riau
(Liputan 6 TV)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah perusahaan pemasok bahan baku untuk produsen kertas Asia Pulp and Paper (APP) diperkirakan gagal memenuhi target produksi akibat terbakarnya ribuan lahan akasia siap panen di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Salah satunya adalah PT Bumi Andalas Permai (BAP).

Kepala Bagian Bidang Hubungan Eksternal BAP Iwan Setiawan mengatakan meski angka kerugian belum dihitung secara pasti, secara kasat mata dapat diperkirakan dampaknya besar karena hampir 90 persen lahan yang dimiliki telah terbakar.

"PT BAP memiliki luas lahan akasia mencapai 192 ribu hektare (ha) dan hampir 90 persen terbakar pada kebakaran hutan dan lahan tahun ini. Saat ini belum bisa dipastikan berapa nilainya karena tanah masih ada bara apinya dan belum bisa diinjak," ujarnya di Jakarta, seperti ditulis Jumat (30/10/2015).

Menurut dia, sejak awal PT BAP beserta lima perusahaan lainnya, seperti PT Bumi Mekar Hijau, PT Sebangun Bumi Andalas, dan tiga perusahaan lain yang berlokasi di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, yaitu PT Rimba Hutani Emas, PT Bumi Persada Permai, dan Tripupa Jaya diproyeksikan untuk memenuhi permintaan PT OKI Pulp And Paper, anak usaha APP di Ogan Komering Ilir.

Perusahaan OKI Pulp And Paper ini ditargetkan mulai beroperasi pada April 2016 dengan mengharapkan suplai sebanyak 3 juta ton pulp, kemudian menjadi 6 juta ton pulp pada tiga bulan berikutnya dari lima perusahaan tersebut.

Namun kebakaran lahan yang masuk areal konsesi sejak 9 September telah menghanguskan ribuan hektare lahan akasia siap panen. Sementara, dalam satu hektare saja bisa menghasilkan 200 kubik akasia, padahal 1 ton pulp membutuhkan sekitar 4 ton kayu akasia.

"Kontribusi PT BAP sendiri diharapkan 40 persen dari kebutuhan OKI Pulp & Paper. Tapi dengan kondisi ini, sudah jelas akan sulit tercapai," kata dia.

Menurut Iwan, bukan hanya produksi yang terancam gagal tercapai, tetapi juga munculnya ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK). PT BAP tercatat memiliki tenaga kerja berjumlah sekitar 700 orang yang sebelumnya diproyeksikan untuk tahapan penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan.

"Jika sudah terbakar begini, apa yang harus dipanen. Sementara dalam bisnis perkebunan akasia ini, tenaga kerja untuk pemanenan yang banyak dibutuhkan," ujarnya. (Dny/Zul)**

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya