Liputan6.com, Jakarta - Harga emas seperti tak terbendung. Pada perdagangan Kamis, 13 Maret 2025, harga emas dunia naik 1,6 persen, dan sentuh rekor di USD 2.977 per ounce.
Adapun emas memiliki sejarah panjang dan telah digunakan sebagai salah satu aset berharga selama beberapa ribu tahun.
Baca Juga
Mengutip hardmoneyhistory.com, Jumat (14/3/2025) saat ini belum diketahui secara resmi apakah emas bagian dari sistem moneter. Namun, bank sentral di berbagai negara masih menyimpan emas, sehingga emas hanya menjadi bayangan dalam sistem keuangan saat ini.
Advertisement
Emas diberi nilai oleh pasar karena aset tersebut berfungsi sebagai uang lebih baik daripada apa pun. Logam mulia juga dapat menjadi penyimpan nilai dalam jangka waktu yang panjang.
Namun perlu diketahui, harga emas berfluktuasi dalam jangka pendek, tetapi selama beberapa dekade, abad, dan milenium, ia menjaga kekayaannya.
Dilansir dari Royalmint.com, sejarah emas pertama kali dimulai pada 3600 Sebelum Masehi, ketika logam mulia pertama kali dilebur di zaman Mesir kuno.
Namun pada 2600 Sebelum Masehi, Hieroglif Mesir menggambarkan emas sebagai lebih bernilai daripada tanah. Pada 1223 Sebelum Masehi, Topeng pemakaman Tutankhamun pernah dibuat menggunakan emas.
Sejarah juga mencatat, Koin emas pertama dicetak di Lydia, Asia Kecil pada 600 Sebelum Masehi. Koin ini merupakan campuran kasar emas dan perak. Di zaman Tiongkok Kuno, Negara Chu juga mengedarkan Ying Yuan, koin persegi emas.
Adapun pada 560 Sebelum Masehi, Bangsa Lydia mempelajari cara memurnikan logam ini dan koin bimetal pertama di dunia dibuat: emas dan perak.
Koin ini disebut Croesid, diambil dari nama Raja mereka, Croesus. Karena kandungan emasnya yang konsisten, Croesid mulai menjadi bentuk mata uang yang diterima dan diperdagangkan dengan percaya diri.
Sejarah Emas di Abad ke-19
Mengutip situs resmi World Gold Council, pada abad ke-18 tepatnya pada 1854, Inggris dan beberapa koloninya menggunakan sistem Gold Standart yang menetapkan nilai mata uang sejumlah negara dalam jumlah emas tertentu.
Kemudian abad ke-19, tepatnya pada 1944 setelah Perang Dunia Kedua, standar emas digantikan oleh sistem mata uang yang dapat dikonversi secara nominal yang dikaitkan dengan nilai tukar tetap yang disebut Perjanjian Bretton Woods.
Meskipun emas awalnya berfungsi sebagai mata uang cadangan dasar, dolar AS secara bertahap menjadi mata uang cadangan yang dikaitkan dengan harga emas. Namun, bank sentral terus menyimpan sebagian cadangan likuid mereka dalam bentuk emas.
Advertisement
Masa Akhir dari Bretton Wood System
Pada era Bretton Woods System, ekonomi dunia tumbuh dengan cepat. Mengutip Lakuemas.com, ketika memasuki 1960-an London Gold Pool terbentuk. Saat itu, sebanyak 8 negara mengumpulkan cadangan emas mereka untuk mempertahankan harga emas di kisaran USD 35 per ons dan mencegah harga emas bergerak naik.
Berlanjut pada 1968, AS melihat defisit neraca perdagangan AS yang besar. Karena ada sentimen negatif terhadap dolar, sejumlah bank sentral enggan menerima dolar dan situasi pun menjadi tidak bisa dipertahankan.
Hingga pada Agustus 1971, Presiden AS saat itu, Richard Nixon mengumumkan bahwa AS mengakhiri konvertibilitas dolar menjadi emas untuk bank sentral negara-negara lain. Bretton Wood System kemudian runtuh dan harga emas diperdagangkan secara bebas di pasar dunia.
