Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia berhasil menyentuh rekor tertinggi pada perdagangan Kamis, 13 Maret 2025.Kenaikan harga emas itu didorong sejumlah faktor.
Harga emas di pasar spot naik 1,6 persen mencapai USD 2.977,36 per ounce. Kenaikan ini merupakan rekor ke-12 sepanjang 2025, dengan total kenaikan hampir 14 persen sejak awal tahun. Sementara itu, harga emas berjangka AS bertambah 1,4 persen menjadi USD 2.989. Berbagai faktor berkontribusi terhadap lonjakan harga emas ini.
Advertisement
Baca Juga
Lonjakan harga emas ini dipicu oleh beberapa faktor kunci, terutama ketidakpastian ekonomi global yang meningkat. Ketidakpastian tarif dagang dan spekulasi mengenai pelonggaran kebijakan moneter oleh The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) menjadi katalis kenaikan harga logam mulia ini.
Advertisement
Permintaan emas yang tinggi dari berbagai negara, termasuk China yang melakukan pembelian besar-besaran, juga turut mendorong kenaikan harga. Analis memperkirakan tren kenaikan harga emas akan berlanjut, dengan beberapa proyeksi yang cukup optimistis untuk tahun ini.
Penyebab Kenaikan Harga Emas
Salah satu faktor utama penyebab kenaikan harga emas adalah ketidakpastian tarif dagang yang meningkat. Kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump yang fluktuatif telah menciptakan ketidakpastian di pasar global, membuat emas semakin diminati sebagai aset safe haven.
"Emas berada dalam pasar bull sekuler. Kami memperkirakan harga akan diperdagangkan di antara USD 3.000-USD 3.200 tahun ini," ujar Chief Operating Officer Allegiance Gold, Alex Ebkarian seperti dikutip dari CNBC.
Faktor lain yang turut mendorong kenaikan harga emas adalah antisipasi pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed. Meskipun The Fed telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 100 basis poin sejak September, pasar masih memperkirakan pemotongan suku bunga lebih lanjut.
"Dampak potensial dari tarif dan ancaman perdagangan tidak mungkin dimodelkan sehingga memaksa the Fed untuk mengukur data ekonomi guna membantunya menentukan langkah selanjutnya. Kami yakin the Fed terjebak dalam kondisi menunggu dan melihat," kata CEO Sprott Asset Management, John Ciampaglia.
Data ekonomi AS yang beragam juga ikut mempengaruhi. Harga produsen yang tidak berubah pada Februari dan indeks harga konsumen yang naik 0,2 persen bulan lalu menunjukkan adanya ketidakpastian ekonomi. Hal ini semakin memperkuat posisi emas sebagai aset lindung nilai (safe haven).
China Beli Emas
Permintaan emas yang kuat dari China juga menjadi pendorong signifikan kenaikan harga emas global. China melanjutkan pembelian emas untuk bulan keempat berturut-turut pada Februari 2025, berdasarkan data the People’s Bank of China. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap emas sebagai aset investasi yang aman dan menguntungkan.
SPDR Gold Trust, ETF emas terbesar di dunia, juga mencatat peningkatan kepemilikan emas hingga 907,82 metrik ton pada 25 Februari, level tertinggi sejak Agustus 2023. Ini menunjukkan tingginya minat investor global terhadap emas.
"Permintaan ETF yang kuat dan pembelian bank sentral yang berkelanjutan di tengah ketidakpastian geopolitik dan ketidakpastian yang berkelanjutan yang disebabkan oleh perubahan tarif benar-benar terus memicu minat terhadap emas," jelas Analis Standard Chartered Suki Cooper.
Kondisi geopolitik yang tidak menentu semakin meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven.
Advertisement
Prediksi Emas dari Macquarie
Macquarie memprediksi harga emas akan mencapai USD 3.500 per ounce pada kuartal III 2025. Target baru bank Australia itu akan menyamai harga emas tertinggi sepanjang masa yang disesuaikan dengan inflasi pada Januari 1980.
Prediksi harga emas yang diperbaharui itu muncul karena emas telah diperdagangkan pada target kuartal II 2025 dari Macquarie. Harga emas di pasar spot diperdagangkan di posisi USD 2.982,60 per ounce.
Prediksi ini didasarkan pada beberapa faktor, termasuk prospek pertumbuhan ekonomi global yang melemah dan meningkatnya utang pemerintah AS.
Emas tetap menjadi aset safe haven yang penting di tengah prediksi pertumbuhan ekonomi global yang akan turun menjadi 0,3 persen pada kuartal III 2025. Macquarie melihat emas didorong oleh prospek memburuknya utang pemerintah AS yang terus meningkat.
Pemerintah AS menghadapi potensi penutupan karena Kongres belum meloloskan RUU pendanaan baru. "Meski hasil belum pasti, asumsi dasar kami adalah proyeksi CBO untuk defisit anggaran akan memburuk dibandingkan saat ini, dengan pendapatan tarif, penghematan yang dicapai oleh Departemen Efisiensi Pemerintah dan potensi pemotongan Medicaid tidak cukup mengimbangi perpanjangan Undang-Undang Pemotongan Pajak dan Pekerjaan," ujar analis Macquarie. Situasi fiskal AS ini diperkirakan akan menjaga harga emas tetap tinggi.
Potensi tantangan Presiden AS Donald Trump terhadap independensi The Fed dengan menekan untuk memangkas suku bunga juga dapat mendorong kenaikan harga emas. Semua faktor ini menunjukkan potensi kenaikan harga emas yang signifikan dalam waktu dekat.
