Liputan6.com, Jakarta - Pencabutan subsidi listrik bagi 23 juta pelanggan golongan 450 VA-900 VA menuai kontra dari sejumlah kalangan. Kebijakan ini bahkan diyakini memicu pertambahan jumlah orang miskin di Indonesia tahun depan sehingga pemerintah perlu mencari cara untuk memitigasi dampak dari mencabut subsidi listrik.
Menanggapi hal ini, Pelaksana Tugas (Plt) Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara menegaskan sebanyak 23 juta pelanggan yang ditarik subsidinya bukanlah kategori masyarakat miskin.
Baca Juga
"Yang 23 juta rumah tangga itu tidak miskin. Kita mempertahankan sejumlah 22 juta pelanggan yang benar-benar miskin dan tidak mampu," tegas Suahasil saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (3/11/2015).
Advertisement
Baca Juga
Menurut Suahasil, sejumlah 22 juta rumah tangga atau pelanggan golongan rakyat miskin ini adalah sekitar sepertiga rumah tangga Indonesia yang tercatat dalam kondisi sosial ekonomi paling lemah. Sementara saat ini, tingkat kemiskinan di Indonesia sekitar 11 persen dan target di tahun depan turun menjadi 9-10 persen.
"Kalau subsidi listrik dipertahankan untuk sekitar 22 juta rumah tangga, itu berarti 2-3 kali lipat dari jumlah rumah tangga di bawah garis kemiskinan," terang Suahasil. Â
Ia mengaku, saat ini penyaluran subsidi listrik masih tidak tepat sasaran. Sehingga upaya pemerintah paling utama adalah memperbaiki distribusi subsidi supaya betul-betul dinikmati kalangan yang memang membutuhkan.
"Ternyata saat ini masih banyak yang tidak tepat sasaran. Artinya masih banyak yang tidak miskin atau rentan masih mendapat sambungan dengan tarif subsidi. Jadi kita buat supaya lebih tepat sasaran dulu karena kami berpendapat kelompok miskin masih perlu subsidi," jelas Suahasil.
Pelanggan 900 VA Kena Getah
Senada, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani menegaskan, pemerintah mengurangi target konsumen penerima subsidi listrik karena ada penurunan anggaran subsidi di APBN 2016. Target penerimanya berkurang dari sekitar lebih dari 45 juta pelanggan menjadi lebih dari 30 juta pelanggan.
Askolani menyebut, dari 30 juta pelanggan yang masih menikmati subsidi listrik, sebanyak 12 juta pelanggan masuk kategori penduduk miskin.
"Yang dikurangi khususnya sebagian konsumen 900 VA karena dianggap sudah cukup mampu. Sedangkan pelanggan 450 VA tidak dikurangi, karena target konsumen subsidi listrik berkurang dari 45 jutaan menjadi 30 jutaan pelanggan," papar Askolani.(Fik/Ahm)