Fakta Menarik Saat Panen Raya Padi di Sukoharjo

Mentan Arman dan Presiden Jokowi menemukan fakta bahwa Padi yang dihasilkan di musim kemarau di Sukoharjo memiliki kualitas lebih baik

oleh Liputan6 diperbarui 03 Nov 2015, 00:00 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2015, 00:00 WIB
Fakta Menarik Saat Panen Raya Padi di Sukoharjo
Mentan Arman dan Presiden Jokowi menemukan fakta bahwa Padi yang dihasilkan di musim kemarau di Sukoharjo memiliki kualitas lebih baik

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mendampingi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) melakukan panen raya padi di Desa Sonorejo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah yang dihasilkan pada kegiatan Demonstrasi Farm (Denfarm) seluas 50 hektare (ha), Sabtu (3/10/2015). Produksi padi di daerah tersebut mencapai 9 hingga 11 ton per ha. Ini merupakan panen padi di musim gadu (kemarau) yang rata-rata kualitasnya lebih baik pada saat musim hujan.

“, karena kadar airnya rendah, hama dan bakteri relatif sedikit dan mendapat penuh sinar matahari. Wajar harga lebih tinggi dong,” papar Amran Sulaiman sesaat kedatangan Presiden RI Joko Widodo untuk melakukan panen serta mengecek lahan padi.

Padi yang dipanen merupakan padi yang dibudidayakan dengan metode 3 in 1 yakni penggabungan sistem tanam Hazton, decomposer Beka dan pupuk organik Puma dengan menggunakan bibit varietas baru yang digunakan sesuai dengan kebiasan petani setempat.

Lebih lanjut, Mentan Amran menjelaskan bahwa kegiatan panen raya padi yang dilakukan Presiden RI Jokowi guna memastikan dan melihat langsung produksi padi yang dihasilkan petani di daerah Sukoharjo dengan menggunakan varietas baru, decomposer baru dan sistem tanam baru.

“Ini kita lihat hasilnya sebentar, menurut laporan dari panitia, produksi padinya 9 hingga 11 ton per hektare. Ini sangat bagus dan sangat menggembirakan,” kata Amran Sulaiman.

Dalam panen tersebut, Jokowi tiba di lokasi panen pukul 9.30 WIB dan langsung meninjau lahan padi untuk melihat secara langsung proses panen yang sedang dilakukan petani setempat. Hasilnya, Jokowi mendapatkan informasi bahwa produksi rata-rata padi yang dihasilkan yakni 10 ton per ha. Dengan hasil tersebut, Jokowi berjanji agar varietas padi dan teknologi mikroba baru dapat dikembangkan secara besar -besaran di seluruh wilayah Indonesia.

“Kalau hasilnya ini memang benar 10 ton per hektar, maka akan dikembangkan secara besar-besaran di seluruh wilayah Indonesia. Ini bukan lahannya yang dikembangkan tapi produksi padinya lewat inovasi varietas-varietas dan teknologi mikroba baru,” tutur Jokowi.

Dengan produksi padi yang cukup tinggi tersebut, Mentan Arman menyatakan kedepan akan mengumpulkan seluruh varietas baru berikut penemu maupun penelitinya dalam waktu dekat. Ini untuk mendorong produksi padi nasional agar swasembada beras dapat diwujudkan dan kesejahteraan petani pun meningkat.

“Coba dibayangkan, Ini kalau peningkatan produksi 30 persen saja yaitu 5 juta hektare dari luas panen seluruh Indonesia 14 juta hektare, katakanlah selisih kenaikan produksi 3 ton saja, kemudian 3 ton dikali 5 juta hektare yaitu 15 juta ton per hektare kemudian dikalikan harga gabah Rp 4 ribu per kilogram maka hasilnya 60 triliun. Ini petani sangat berbahagia menikmati hasilnya. Ini kita harus dorong inovasi-inovasi baru,” jelas Amran.

Selanjutnya, Amran meminta masyarakat tidak perlu khawatir akan kekurangan ketersedian stok beras sampai akhir tahun. Ini karena produksi dalam negeri diprediksi masih bisa dicukupi dari produksi nasional. “Jadi, saya tidak mempermasalahkan beras itu PSO atau bukan. Karena sekarang musim kering, sehingga harga beras itu rata-rata lebih tinggi karena kualitasnya bagus,” ujar Amran.

Untuk masyarakat yang kurang mampu, Mentan menyampaikan pemerintah sudah mempersiapkan beras sejahtera (rastra) ke 13 dan 14 untuk dibagikan di bulan Oktober dan November. Sehingga stok beras sampai akhir tahun aman.

(*/GR)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya