Menteri Rini Siap Bentuk Holding Perusahaan Tambang

Dari berbagai sektor yang digarap perusahaan BUMN, sektor pertambangan yang memungkinkan untuk diterapkan penggabungan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 24 Nov 2015, 12:15 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2015, 12:15 WIB
Menteri BUMN Rini Soemarno
Menteri BUMN Rini Soemarno (Foto: Awan Harinto/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara‎ (BUMN) Rini Soemarno berencana membentuk BUMN holding untuk perusahaan tambang. Saat ini Kementerian BUMN sedang melakukan analisis mengenai perusahaan yang akan menjadi induknya. 

‎Rini menjelaskan pembentukan holding BUMN ini sebenarnya merupakan rencana lama. Namun memang untuk mewujudkannya tidak mudah. Ada beberapa usulan dalam pembentukan holding BUMN tersebut. Salah satu usulan tersebut akan dibentuk holding besar yang akan membawahi perusahaan-perusahaan lain, seperti contohnya Temasek di Singapura. Selain itu, ada juga usulan pembentukan holding berdasarkan sektoral. 

Berdasarkan perhitungan Kementerian BUMN, pembentukan holding lebih efektif jika dibentuk berdasarkan sektoral. Salah satu sektor yang bakal dibentuk holding adalah sektor pertambangan.

"Holding itu melihatnya sektor per sektor sekarang. Kami melihatnya bahwa perlu ada pembagian-pembagian tidak bisa langsung hanya ada satu holding," kata Rini, saat menghadiri Pertamian Energy Forum, di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (24/5/2015).

Rini melanjutkan dari berbagai sektor yang digarap perusahaan BUMN, sektor pertambangan yang memungkinkan untuk diterapkan penggabungan.

"Tapi seumpamanya kita melihat kemungkinan, energy resorces, yaitu pertambangan-pertambangan seperti PT Timah, PT Aneka Tambang, dan PT Bukit Asam. Kami akan menjadikannya satu holding itu," tuturnya.


Menurut Rini, saat ini ‎pihaknya sedang melakukan kajian untuk menunjuk perusahaan yang menjadi pemimpin dan bentuk holding yang akan diterapkan pada BUMN tambang tersebut.

"Nah, itu yang sedang kami kaji lebih lanjut, apakah kemudian ini menjadi invesment holding berarti kita men-set-up satu company yang kemudian hanya memegang holding atau itu menjadi operating holding. Kalau menjadi operating holding berarti salah satu keungkinan bisa menjadi holding company," ucap Rini. 

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menginginkan agar BUMN menjadi besar. Salah satu ide yang dilontarkan oleh Jokowi untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan membentuk holding atau perusahaan joint venture.

“Itu saya kira urusan di Menteri BUMN. Tetapi saya ingin agar BUMN-BUMN kita ini menjadi besar, entah lewat re-evaluasi aset dan lain-lain itu. Saya kira urusan menteri, yang jelas saya ingin BUMN kita menuju BUMN yang besar, BUMN yang lincah, BUMN yang kuat,” kata Presiden Jokowi.

Presiden mencontohkan Temasek maupun Khazanah yang sangat cepat melesat karena membentuk perusahana holding yang benar. Jika tidak mau langsung membentuk holding, menurut presiden, bisa dimulai dengan virtual holding dulu. “Tidak apa-apa, tetapi betul-betul sudah memulai. Sehingga menjadi sebuah sistem, tidak bekerja sendiri-sendiri,” ujarnya.

Menurut Jokowi, Pelindo harus sudah mulai mengarah ke pembentukan holding, sehingga Pelindo 1,2,3,4 itu semuanya dalam sebuah sistem logistik nasional yang menjadikan betul-betul barang kita murah. Biaya transportasi murah, biaya distribusi logistik murah. PTPN pun juga diharapkan melakukan hal yang sama.

"Arah ke sana harus segera dimulai. Saya sudah perintahkan ke Menteri BUMN agar secepatnya ini bisa dipaparkan peta jalan dan roadmap ke depan seperti apa,” ia menegaskan.

Presiden juga berharap agar BUMN mulai terbuka dan siap untuk joint venture. Teknisnya ia serahkan ke masing-masing perusahaan. Tetapi harus ada kalkulasi dan hitung-hitungan. Beberapa, kata presiden, sudah mulai dan itu kelihatan membesar dan memberikan kontribusi yang baik kepada negara.

“Kalau tidak ya kita akan begini-begini terus. Saya lihat yang sudah berani joint langsung kelihatan besar. Kelihatan manajemennya lebih baik. Saya kira banyak sekali sekarang ini keinginan dari investasi luar untuk joint venture. Ya yang paling penting dihitung, dikalkulasi, dilihat performa dari yang ingin joint seperti apa,” kata Jokowi. (Pew/Gdn)**

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya