Liputan6.com, Jakarta - Dalam waktu dekat, Indonesia akan bersaing dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Saat pasar bebas ini berlangsung, produk barang, jasa hingga tenaga kerja akan lebih leluasa masuk ke sesama negara ASEAN lain.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Suryani SF Motik mengatakan, saat MEA berlangsung, industri-industri besar seperti di sektor otomotif diyakini mampu bersaing dengan baik. Terlebih lagi, saat ini Thailand yang menjadi pesaing utama Indonesia di sektor otomotif tengah mengalami kelesuan.
"Kalau pengusaha besar, seperti di otomotif, kita siap karena kita leading. Juga di sektor perhotelan, industri makan kita siap. Industri musik kita juga siap," ujarnya di Jakarta, Sabtu (19/12/2015).
Namun sayang, hal berbeda akan dialami oleh sektor usaha kecil dan menengah (UKM). Sektor ini dikhawatirkan akan tergerus dalam persaingan saat berlangsungnya MEA nanti.
Baca Juga
"Kalau UKM kita tidak siap sama sekali, seperti industri makanan, restoran, itu tidak siap. Sekarang bisa dilihat restoran Indonesia yang keluar masih sedikit dibandingkan restoran luar yang ke dalam. Kita khawatir akan terjadi persaingan yang luar biasa. Di satu sisi ASEAN jadi pasar tetapi di sisi lain daya saing perlu diperkuat," jelasnya.
Suryani mengungkapkan, untuk memperkuat daya saing sektor usaha di dalam negeri, mau tidak mau pemerintah harus turun tangan. Salah satunya yaitu dengan menurunkan suku bunga kredit bagi sektor usaha.
Menurut dia, saat ini suku bunga perbankan di Indonesia menjadi yang paling tinggai di ASEAN. Jika suku bunga ini tidak segera diturunkan, maka dunia usaha akan semakin sulit untuk mengembangkan bisnisnya. Pada ujungnya, daya saing industri di dalam negeri semakin melemah.
"Selama ini tidak ada peran pemerintah. Seperti suku bunga di ASEAN kita paling mahal 14 persen-15 persen. Pengusaha kecil bersyukur di akhir tahun KUR turun 12 persen dan tahun depan 9 persen. Tapi KUR kan sampai (pinjaman) Rp 500 juta. Coba bayangkan dengan Malaysia, bunganya rendah sekali," kata dia.
Selain soal suku bunga, pemerintah diharapkan juga segera mendorong peningkatan keterampilan para pekerja lokal. Hal ini bisa dilakukan dengan memaksimalkan Balai Latihan Kerja (BLK) yang berada di masing-masing daerah.
"Kemudian keterampilan juga masih bermasalah. Kita bisa lihat tingkat pendidikan di daerah salah satu yang di bawah, pekerja indusutri kebanyakan masih tingkat SD. Ini yang menjadi kendala. Memang lewat balai kerja pemerintah harus efektifkan lagi. Kita sudah ketinggal sebenarnya, tapi mau tidak mau," tandasnya. (Dny/Gdn)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6