Pemerintah Diimbau Hati-hati Lakukan Impor Daging

Indonesia dinilai selama ini bergantung kepada Australia dan Selandia Baru untuk impor daging sapi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 31 Jan 2016, 15:00 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2016, 15:00 WIB
20160125-Harga Daging Sapi di Jakarta Melonjak Hingga Rp 130 Ribu/Kg-Jakarta
Pedagang memotong daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, Senin (25/1). Peraturan Pemerintah yang membebankan pajak 10% untuk setiap penjualan sapi impor berdampak pada naiknya harga daging sapi di sejumlah pasar tradisional. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Komite Daging Sapi ‎Jakarta Raya mengingatkan pemerintah yang telah membuat kebijakan membuka peluang impor sapi dan daging dengan system zona base dalam suatu negara untuk menekan harga daging sapi.

Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya yang juga menjabat sebagai‎ Wakil Ketua Umum DPP Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI)‎ Sarman Simanjorang mengatakan,‎ salah satu poin yang diatur dalam paket kebijakan ekonomi jilid IX mendorong harga daging sapi turun di pasar.

"Pemerintah akan membuka peluang impor sapi dan daging dengan system zona base dalam suatu negara," kata Sarman, di Jakarta, Minggu (31/1/2016).

Sarman menuturkan, rilis kebijakan tersebut mengingat ketergantungan Indonesia selama ini terhadap Australia dan Selandia baru semakin berkurang. Namun, Pemerintah harus hati-hati dalam menetapkan asal negara yang akan memasok sapi maupun daging karena menyangkut kesehatan sapinya.

"Sampai saat ini hannya Australia dan Selandia baru yang benar benar terbebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK)," ujar Sarman.

Sarman menambahkan, harus ada penelitian yang mendalam sejauh mana Negara tersebut terbebas atau sekecil mungkin mengidap PMK. Untuk awalnya akan lebih baik yang dibuka hannya daging tanpa tulang, sedangkan sapi bakalan perlu aturan khusus sehingga sapi bakalan yang di impor benar benar bebas PMK.

"Karena jika virus PMK masuk ke Indonesia maka akan memakan waktu lama untuk menghilangkannya," tutur Sarman. (Pew/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya