Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengatakan pengembangan mobil listrik di Indonesia membutuhkan biaya besar dan persiapan yang matang.
Meski demikian, Saleh Husin mengaku, pemerintah telah mengimbau kepada ATPM di Indonesia untuk memproduksi mobil beremisi rendah, termasuk mobil berbahan bakar listrik. ‎Ini seperti yang dilakukan Toyota di Jepang.
"Mobil listrik di Jepang, sekali charge listrik, bisa untuk jarak tempuh 800 km, pembuangannya cuma kayak tetesan AC," jelas dia di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (4/3/2016).
Menurut dia, pengembangan mobil listrik di Indonesia membutuhkan persiapan yang matang‎. Mulai dari riset, investasi, infrastruktur pendukung mobil listrik. Sementara dari sisi regulasi, pemerintah telah menyiapkan aturan untuk mendukung pengembangan mobil listrik.
Baca Juga
"Meskipun ada potensi di Indonesia, mereka kan perlu riset juga. Jangan asal buat (mobil listrik), lalu kemudian tutup. Nanti kita tanyakan lagi ke ATPM. Sebab investasi di bidang otomotif itu triliunan rupiah, penyediaan after sales juga tidak murah. Jangan cuma terbuat kita sudah bisa buat mobil listrik, tapi infrastruktur tidak ada," tutur dia.
‎Selain itu, dia menambahkan, Kemenperin juga akan berkoordinasi dengan Kemenhub untuk mencari solusi ketentuan item pada Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) yang menjadi pembeda antara mobil listrik dengan mobil berbahan bakar minyak.
Advertisement
"Kan di dalam STNK menyebut CC, sedangkan mobil listrik tidak ada CC-nya. Jadi ini perlu dikoordinasikan dengan Kemenhub," terang Saleh.
Ia berharap, Indonesia dapat segera merealisasikan produksi dan penjualan secara massal mobil listrik. Termasuk siap dengan layanan purna jualnya. "Bisa buat tapi harus bisa produksi juga buat kepentingan industri. Jadi berbagai macam komponen disiapkan, termasuk after sales-nya," tandas Saleh.(Fik/Nrm)