Langkah Kementan Agar Jagung Lokal Diserap Industri Pakan Ternak

Produksi jagung di 2015 mencapai 19,83 juta ton atau naik 4,34 persen dari 2014.

oleh Arthur Gideon diperbarui 13 Apr 2016, 11:00 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2016, 11:00 WIB
Blitar Bakal Panen Jagung Hingga 40.800 Ton
Produksi jagung di wilayah Blitar masih kurangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pakan ternak lokal.

Liputan6.com, Jakarta - Produksi jagung di 2015 mencapai 19,83 juta ton atau naik 4,34 persen dari 2014. Sedangkan di 2016 ini, Kementerian Pertanian menargetkan produksi jagung nasional mencapai 21,53 juta ton. Target yang cukup besar tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan jagung domestik khususnya untuk industri pakan ternak.

Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian Suwandi menuturkan, berdasarkan data survei yang dilakukan oleh kementerian pada Juni 2014 hingga Mei 2015, sebagian besar industri peternakan nasional memang masih menggunakan pakan impor. Hanya ada beberapa daerah yang mau menggunakan jagung lokal sebagai bahan baku pakan ternak. 

Industri pakan ternak di Provinsi Banten, Sumatera Barat, Jawa Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, mengimpor jagung lebih dari 50 persen dan sisanya dari jagung lokal. Sedangkan Industri pakan di Lampung dan Jawa Timur menggunakan bahan baku jagung impor sudah rendah yaitu di bawah 48 persen.

“Hal yang patut ditiru adalah industri pakan ternak di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan seluruh bahan baku 100 persen diperoleh dari jagung lokal,” kata Suwandi, jelasnya seperti dalam keterangan tertulis, Rabu (13/4/2016).

Menurut Suwandi, sebenarnya industri pakan nasional berminat membeli jagung lokal karena berbagai keunggulan, mutu dan lainnya. Namun alasan industri pakan nasional melakukan impor karena ada beberapa alasan. Pertama, kontinuitas pasokan terjamin dan mengingat jagung tanaman musiman sehingga dibutuhkan alat pasca panen dan penyimpanan (silo).

Kedua, supaya jagung mudah tersedia agar dikembangkan di areal luas, ketiga, agar harga jagung lokal lebih kompetitif dan keempat, jagung lokal agar memenuhi standar industri misalnya kadar air sesuai dan lainnya.

“Kemudian kelima, industri pakan menginginkan agar ada perbaikan infrastruktur, pembiayaan petani, pola kemitraan dan lainnya dalam memudahkan mereka menyerap jagung petani,” jelas dia. 

Menyikapi hal tersebut, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaman mengatakan, Kementerian Pertanian sejak 2015 telah melakukan berbagai upaya sehingga tahun 2016 ini akan mampu menyediakan pasokan jagung yang dibutuhkan industri pakan 750.000 ton per bulan dan kebutuhan jagung nasional 1,55 juta ton per bulan.

Melalui berbagai terobosan kegiatan, maka produksi 2016 akan mencukupi kebutuhan konsumsi dan bahkan neraca jagung 2016 diprediksi surplus 1,3 juta ton.

Menurut Amran, berbagai upaya yang telah dilakukan yakni, pertama, akselerasi produksi di wilayah potensial untuk substitusi impor jagung bagi pabrik pakan di wilayah Banten, Sumatera Barat, Jawa Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung.

Kedua, tetap meningkatkan produksi untuk memasok pabrik pakan di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan yang sudah 100 persen dari jagung lokal. Ketiga, meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha tani, mutu, kontinuitas dengan mekanisasi pertanian dan bantuan benih jagung gratis untuk 1,5 juta hektare.

Keempat, menata sistem distribusi dan logistik dari sentra produksi ke sentra pabrik pakan. Dalam hal ini, Badan Urusan Logistik (Bulog) berperan membeli jagung langsung di tingkat petani.

“Kelima, mengendalikan impor jagung di tahun 2016 yakni maksimal 1 juta ton dan pelaksanaan impor jagung hanya dilakukan oleh Bulog,” terang Amran.

Amran menegaskan menegaskan, kebijakan dan kemudahan lainnya adalah pelaku industri pakan ternak diminta bekerja keras memproduksi jagung sendiri dan tidak mengandalkan jagung impor. “Ini mengingat potensi lahan dan sumberdaya sangat luas, sehingga mampu memproduksi jagung sesusai kebutuhan industri pakan,” tegas Amran.

“Perlu diketahui, kami bersama instansi terkait telah menyediakan 500 ribu hektar lahan hutan dan 265 ribu hektar Perhutani serta memberi berbagai kemudahan bagi industri pakan ternak untuk membangun agribisnis jagung skala luas (corn estate) yang terintegrasi dan bermitra petani,” ungkap Amran.

“Apabila areal tersebut dikembangkan jagung dapat menghasilkan minimal 3,0 juta ton jagung pertahun lebih dari cukup untuk industri pakan ternak. Ini merupakan solusi permanen dalam rangka pemenuhan kebutuhan pakan ternak,” pungkas Amran.

Untuk diketahui, berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kementan, panen raya jagung Maret 2016 menghasilkan lebih dari 5,2 juta ton dan April ini diperkirakan mencapai 2,0 juta ton jagung pipilan kering. (Gdn/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya