Teknologi Mutakhir GE Dukung Proyek Listrik 35 Ribu MW

Pemerintah juga perlu memastikan teknologi pembangkit listrik yang digunakan untuk program kelistrikan 35 ribu MW.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 12 Mei 2016, 19:17 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2016, 19:17 WIB
20160309-Konsumsi Listrik Nasional 2016 Naik 11,4 Persen-Jakarta
Petugas melakukan pemeriksaan rutin di PLTGU Jakarta, Rabu (9/3). PLN memperkirakan konsumsi listrik nasional pada tahun 2016 diperkirakan mencapai 225 terrawatt hour (twh) atau meningkat 11,4 persen dibandingkan tahun 2015 (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - General Electric (GE) siap mendukung pemerintah dalam program kelistrikan 35 ribu Mega Watt (MW) dengan  menyediakan pembangkit listrik ber‎teknologi mutakhir.

CEO GE Indonesia Handry Satriago‎ mengatakan, meski pemerintah ingin cepat dalam menambah kapasitas listrik baru agar target program kelistrikan 35 ribu MW tercapai tepat waktu pada 2019, tetapi harus tetap memastikan teknologi pembangkit listrik yang digunakan.  Hal ini agar kehandalan pasokan listrik dari pembangkit tetap terjaga ke depan.

"Walaupun realisasi penambahan kapasitas listrik baru secepat mungkin sangat penting untuk mencapai target nasional pada tahun 2019 nanti tidak kalah pentingnya memastikan para investor proyek-proyek pembangkit listrik mengevaluasi dan mendapat manfaat dari inovasi teknologi terkini," kata Handry di Jakarta, Kamis (12/5/2016).

Handry menambahkan, konsumsi listrik Indonesia diprediksi meningkat rata-rata 8,7 persen per tahun. Sedangkan  jumlah pelanggan diprediksi meningkat dari 60,3 juta pada  2015 menjadi 78,4 juta pada  2022.

Ini mengacu kepada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL)  PLN  2015-2024. Tingkat pertumbuhan inilah yang menjadi basis program pemerintah terkait penambahan kapasitas listrik sebesar 35 GW.

General Electric sebagai mitra industri di sektor transportasi, aviasi, energi dan kesehatan selalu mendukung pemerintah dan masyarakat Indonesia, juga berkomitmen dalam menghadirkan listrik bagi masyarakat Indonesia.

"Saat ini 30 persen kapasitas pembangkit listrik yang telah‎ terealisasi di Indonesia menggunakan teknologi GE,"ungkap ‎Handry.

Handry melanjutkan, General Electric mampu berkontribusi lebih besar lagi dengan portofolio solusi energi dan listrik yang lebih menyeluruh berkat akuisisi  terhadap Alstom.

Akuisisi bisnis energi Alstom ini merupakan investasi industri terbesar General Electric yang sangat penting bagi transformasi yang sedang dilakukan untuk menjadi salah satu perusahaan dunia yang mampu melayani pelanggan apapun kebutuhan solusi pembangkit listrik mereka mulai dari water system, boiler, HRSG, pembangkit tenaga uap dan turbin gas hingga sistem pengendaliannya, grid management dan teknologi terbarukan.

Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lndonesia, tidaklah cukup hanya dengan menyediakan daya listrik lebih banyak namun Indonesia juga perlu menyediakan tenaga listrik dari pembangkit yang menggunakan beragam bahan bakar, dapat dibangun dengan cepat, berbiaya terjangkau, efisien dan andal.

Secara bertahap, GE juga memadukan pengalaman industri dan keahlian big data guna mengembangkan pengalaman informasi teknologi untuk teknologi operasional mutakhir.

Untuk pertama kalinya, solusi perangkat lunak industri dan layanan digital mengintegrasikan mesin, data, wawasan dan sumber daya manusia untuk mewujudkan konektivitas real-time dan data intelligence untuk menyediakan keandalan, biaya operasional dan resiko yang lebih rendah serta pertumbuhan yang menguntungkan.

Predix dari GE yaitu pondasi berbasis teknologi cloud bagi semua aplikasi internet industrial GE yang menyediakan sistem pendukung yang kokoh, konsisten, aman dan scalable.

Dalam industri pembangkit listrik, seperti di negara-negara lain, Predix telah digunakan. Predix memungkinkan industri untuk memanfaatkan keuntungan dari kemampuan peningkatan kinerja aset, optimalisasi operasional dan bisnis serta sistem pengendalian yang lebih mutakhir dan cerdas.

Predix juga menyediakan perlindungan yang dirancang untuk mengevaluasi kesenjangan sistem, mendeteksi kelemahan dan melindungi infrastruktur penting sesuai dengan peraturan keamanan siber.

"Kami mengubah cara perusahaan-perusahaan memaksimalkan kinerja mereka," tutur APAC Cyber Security Leader GE Alvin Ng. (Pew/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya