RI Galang Dukungan 34 Negara untuk Posisi Strategis Penerbangan

ICAO sendiri merupakan badan penerbangan di bawah Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) dengan jumlah anggota saat 191 anggota.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 26 Mei 2016, 21:38 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2016, 21:38 WIB
Indroyono Soesilo
Indroyono Soesilo (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah bakal mencari dukungan suara untuk merebut posisi strategis ‎dunia dewan International Civil Aviation Organization (ICAO) dalam acara Transportation Ministerial Meeting of Developing Countris atau pertemuan tingkat Menteri Trasnportasi negara berkembang yang digelar di Bali tanggal 30-31 Mei 2016. Dari 56 negara yang diundang, sebanyak 34 negara mengkonfirmasi untuk hadir dalam acara tersebut.

Lebih lanjut, dalam acara itu para menteri akan membahas tentang peningkatan kapasitas penerbangan negara-negara berkembang. Selain itu, dalam acara ini juga menjadi media berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan penerbangan sipil.

Utusan Menteri Perhubungan RI untukICAOIndroyonoSoesilo mengatakan, acara tersebut bakal menjadi tempat untuk menggalang dukungan dalam pemilihan dewanICAO yang terlaksana pada 4 Oktober 2016 diMontreal, Kanada. "Kalau semua sukses Insya Allah pemilihan tanggal 4 Oktober menjadi kelompok elit dunia," kata dia di Kantor Kementerian PerhubunganJakarta, Kamis (26/5/2016).

ICAO sendiri merupakan badan di bawah Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) dengan jumlah anggota saat 191 anggota. Dari jumlah tersebut, sebanyak 36 negara merupakan anggota dewan yang memiliki hak ekslusif menentukan regulasi penerbangan sipil.

Indroyono mengatakan, ‎Indonesia sudah sepantasnya masuk anggota dewan ICAO. Hal tersebut dikarenakan Indonesia menempati urutan ke 8 jumlah penumpang terbanyak di tahun 2014 dengan total sekitar 95 juta penumpang per tahun. Untuk jumlah penumpang di Bandara Soekarno Hatta mencapai 57 juta penumpang atau berada di urutan nomor 12.

"‎Berhasil membangun industri Indonesia tapi bukan anggota (dewan) ICAO," tambah dia.

Dia menerangkan, Indonesia sendiri pernah mencalonkan diri sebagai anggota dewan ICAO sebanyak 4 kali. Dalam pencalonannya yang ke 5 ini pihaknya berharap terpilih menjadi anggota dewan ICAO dengan tambahan suara dari 34 negara dari acara itu.

"Tahun 2013 yang milih 97 negara. 97 kalah karena minimal 125 negara. 2016 harus mempertahankan 97 harusnya kita lebih baik," imbuh Indroyo.

Tak Terpengaruh Kasus Lion Air

‎Insiden salah turun penumpang internasional ke terminal kedatangan domestik Lion Air tak menghalangi Indonesia untuk masuk ke jajaran dewan ICAO. Indroyono mengatakan, ketika dia berkunjung ke Eropa beberapa waktu lalu tak mendengar insiden tersebut. Hal tersebut menjadi ukuran jika peristiwa itu tak menjadi sorotan internasional.

"Saya kemarin baru pulang dari Eropa, nggak ikuti berita ini, jadi tidak diekspos. Saya ingin sampaikan dari peraturan ICAO yang di-comply mereka justru melihat Kemenhub sebagai regulator tegas nggak," ujar dia.

Senada, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub Hemi Pramuharjo menuturkan ‎insiden beberapa waktu lalu tersebut tak mempengaruhi Indonesia dalam mengejar jajaran anggota dewan ICAO.

Dia menerangkan, peristiwa salah turun penumpang juga telah terjadi di Jepang beberapa waktu lalu. Parahnya, 159 penumpang internasional justru diturunkan di terminal kedatangan domestik. Dia mengatakan, terpenting dalam masalah tersebut adalah peran dari regulator untuk menyelesaikan masalah.

‎"Hal semacam ini tenyata terjadi juga di luar negeri hanya treatment terkait kasus yang sama itu beda-beda, tergantung level nasional security masing-masing negara," tutup dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya