Kisah Penjual Minuman Ringan yang Sukses Berkat Sampah

Bisa menjadi kaya raya berkat mendaur ulang sampah tidak pernah dibayangkan seorang Muhammad Bijaksana Junerosano.

oleh Liputan6 diperbarui 22 Jul 2016, 19:00 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2016, 19:00 WIB
Kisah Inspiratif Di Balik Pereduksi Sampah Plastik
Bisa menjadi kaya raya berkat mendaur ulang sampah tidak pernah dibayangkan oleh seorang Muhammad Bijaksana Junerosano.

Liputan6.com, Jakarta - Bisa menjadi kaya raya berkat mendaur ulang sampah tidak pernah dibayangkan seorang Muhammad Bijaksana Junerosano.

Anak muda ini kini jadi pengusaha sukses dari mendaur ulang limbah jadi tas melalui komunitas Greeneration Indonesia yang ia dirikan.  Ini juga menjadi pendorong program diet sampah plastik

Sempat kebingungan akan ke mana ia melanjutkan pendidikan setelah lulus SMA tidak berarti Sano kehilangan tujuan hidupnya untuk bisa sukses.

Ini semua berawal ketika Sano sedang menjalankan sholat tahajud dan berdoa agar diberi kejelasan untuk masa depannya.

Setelah itu ia menonton berita pagi di ruang TV dan melihat ada segmen mengenai permasalahan sampah yang menyebabkan banjir di Jakarta. Dari situ pula muncul minat Sano untuk mempelajari sampah.

“Dari situ saya langsung buka-buka buku Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) dan mencari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan saya menemukan jurusan teknik lingkungan yang di dalamnya ada mata kuliah tentang persampahan. Dari situ saya coba mendaftar di Institut Teknologi Bandung (ITB),” ujar pria kelahiran 35 tahun silam itu.

Singkat cerita, usai diterima berkuliah, pada semester 3 Sano mulai coba untuk berbisnis minuman ringan agar bisa membiayai kuliahnya sendiri.

Dari situ jiwa entrepreneur-nya muncul dan ia tetap fokus terhadap problem solving sampah dengan mereduksi sampah kantong plastik.

“Di tahun 2005 sebelum lulus, saya bangun Greeneration Indonesia yang berangkat dari mimpi bahwasanya ini bisa menjadi wadah dan solusi untuk semua permasalahan lingkungan di Indonesia” tutur dia.

Program awal yang Sano galakkan adalah Kebunku atau Kertas Bekasku Hijaukan Bangsaku. “Di sini kita akan membuat siklus di mana kita memberikan respect kepada kertas yang dibuang sembarangan, kita kumpulkan kita olah, kita jual, kita belikan bibit pohon yang baru untuk ditanam sehingga kita bisa mewujudkan program Kebunku” tutur dia.

Dengan menggandeng teman kuliahnya yang juga seorang desainer, Sano meminta bantuan untuk dibuatkan desain tas yang sesuai dengan keinginannya, yaitu ramah lingkungan bermerk baGoes.

“Dibuatkannya sebuah tas bagus, itu saat pertama saya menjual tas bagus di kampus yang ada logonya. Dan saya hanya bawa satu sample pada saat itu. Saya bawa ke lembaga keuangan dapat modal Rp 4 juta. Dengan uang itu green business kami dimulai,” jelas pria asal Banyuwangi tersebut.

Mulai dari 2008 hingga saat ini, Greeneration Indonesia sudah mereduksi 500 juta sampah kantong plastik dan sudah menjual 500 ribu tas BaGoes ramah lingkungan. Dengan komitmen menciptakan tas yang berkualitas bagus namun tetap ramah lingkungan membuat Sano ingin terus mengembangkan bisnis ke level yang lebih tinggi.

Dari keinginan kecil, Sano bisa mengubah hidupnya dan lingkungan sekitar. Dulunya hanya seorang penjual minuman ringan, sekarang sudah menjadi pekerja di perusahaan multinasional dengan gaji menggiurkan. Ia juga bisa membuktikan bahwa sampah bisa membuat seseorang menjadi sukses dan merubah kesejahteraan lingkungan. (Nabila/nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya