Liputan6.com, Jakarta - Salah satu tujuan pembangunan tol laut adalah menghilangkan disparitas harga barang atau biaya logistik antar wilayah barat dengan Timur, maupun ke wilayah perbatasan, terpencil, terdalam, dan terluar Indonesia.
Salah satu yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal itu, adalah dengan mengoptimalkan fungsi Pelabuhan Pontianak untuk menstabilkan harga barang di pulau terluar Indonesia seperti di Natuna.
"Disparitas harga barang di kota-kota kecil sangat mengkhawatirkan. Mahal sekali. Untuk Itu kita akan lakukan reroute tol laut. Yang tadinya Natuna dapat supply barang dari Jakarta. Sekarang kita ubah dari Pelabuhan Pontianak," jelas Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi dalam keterangannya, Sabtu (3/9/2016).
Baca Juga
Advertisement
Dalam kunjungannya ke Pelabuhan Pontianak, Menhub mengatakan, keberadaan pelabuhan ini sangat penting dalam upaya mendukung jalur logistik di wilayah barat dan perbatasan Indonesia.
Menhub berharap, dengan adanya supply barang dari Pelabuhan Pontianak ke Natuna dapat meningkatkan produktivitas barang, dan pada ujungnya dapat menstabilkan harga barang.
"Kalau selama ini Natuna barang datang setiap 21 hari sekali sebanyak 250 ton, ke depan akan menjadi lebih pendek yaitu 10 hari. Meningkat dua kali lipat. Tol laut akan menjadi lebih produktif. Ini akan menjadi bangkitan ekonomi yang bagus bagi masyarakat di Natuna maupun Pontianak sendiri," kata Menhub.
Menhub mengungkapkan yang akan melayani jalur Pelabuhan Pontianak ke Natuna adalah kapal-kapal perintis dari PT Pelni, dan pemerintah akan memberikan subsidinya.
Sementara itu, menyinggung Pelabuhan Kijing yang akan dibangun sebagai pelabuhan internasional di Pontianak Kalimantan Barat, Menhub mengungkapkan pelabuhan tersebut bisa dijadikan hub internasional.
"Yang biasanya barang dari luar harus ke Jakarta dulu, kalau di sini sudah jadi hub, direct call dari luar negeri bisa langsung ke Pontianak (pelabuhan Kijiing)," tutupnya.‎ (Yas/nrm)