Liputan6.com, Jakarta - Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) industri perbankan mengalami peningkatan. Pada akhir Juli 2016, NPL perbankan mencapai 3,22 persen.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, kenaikan NPL perbankan disebabkan oleh ekonomi global yang mengalami pelemahan.
"Kami melihat NPL ada peningkatan yang tadinya 3,18 persen sekarang 3,22 persen. Jadi ada peningkatan," kata dia di Gedung BI Jakarta, Kamis (22/9/2o16).
Advertisement
Â
Baca Juga
Perlambatan ekonomi global juga menentukan kualitas kredit perbankan. BI, lanjut Agus, memperkirakan perlambatan ekonomi global masih terus berlanjut sehingga kualitas kredit masih akan terus tertekan.
"Kami di September sebetulnya koreksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 3,0 persen. Kami khawatir kalau Amerika Serikat (AS) tidak perform bisa turun lagi jadi 2,9 persen. Selain pertumbuhan ekonomi AS yang rendah, pertumbuhan Tiongkok yang di tahun ini 6,5 persen, tahun depan bisa turun 6,2 persen," jelas dia.
Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto mengatakan, selain kredit, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) juga relatif rendah.
"Pertumbuhan DPK relatif rendah juga. Tapi kalau kita buka lebih jauh lagi, pertumbuhan DPK itu 5,93 persen itu sebenarnya DPK rupiah sendiri tumbuh 9,8 persen. Namun DPK valas malah tumbuh minus 9,3 persen. Begitu juga kredit, dari sisi kredit hanya 7,7 persen sebenarnya kalau dilihat rupiahnya sekitar 9 persen tapi memang sisi valas hanya 2 persen," tutur Erwin.
Dia mengatakan, perlambatan ini memang sejalan dengan perlambatan ekonomi global. Berdasarkan penelitian BI, sebagian perusahaan menahan ekspansi dengan menurunkan porsi kredit valas. Tak hanya itu, sebagian juga mempercepat pelunasan kredit valas. (Amd/Gdn)