BI Sebut Pertumbuhan Kredit Masih Lemah

Lemahnya pertumbuhan kredit dipengaruhi oleh melambatnya perekonomian global.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 22 Sep 2016, 17:30 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2016, 17:30 WIB
20160819-Gubernur BI Berikan Keterangan Soal Triwulan II 2016
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo saat akan memberikan keterangan pers di Jakarta,(19\8). Hasil Rapat Dewan Gubernur BI mencatat triwulan II 2016 mempertahankan 7 days Repo Rate sebesar 5,25 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan kredit perbankan masih lemah. Lemahnya pertumbuhan kredit dipengaruhi oleh melambatnya perekonomian global.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, pertumbuhan kredit sampai Juli 2016 baru mencapai 7,7 persen year on year (yoy). Pertumbuhan ini melemah dari bulan sebelumnya sebesar 8,9 persen yoy.

"Kredit belum optimal. Memang BI sangat memperhatikan kondisi ekonomi global yang secara umum kita lihat ekonomi global masih belum recover," kata dia di Kantor Pusat BI Jakarta, Kamis (22/9/2016).

Dia menerangkan, perlambatan ekonomi global berpengaruh besar terhadap permintaan kredit terutama dari valuta asing. "Yang nanti perlu didalami pertumbuhan kredit yang lemah. Permintaan kredit dalam rupiah cukup, tapi outstanding pinjaman dalam valuta asing turun tajam. Karena pinjaman valas turun, pertumbuhan kredit gabungan kelihatan terbatas," jelas Agus.

Agus menjelaskan, kebijakan moneter yang digulirkan BI sebenarnya telah berpengaruh terhadap penurunan suku bunga. Dia mengatakan, suku bunga deposito telah turun 100 basis poin. Namun, suku bunga kredit masih terbatas yakni 52 basis poin.

Dia menerangkan,  penurunan suku bunga kredit belum membuat permintaan kredit meningkat. Lantaran, perbankan juga berhati-hati terhadap rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).

"Faktor yang berperan, perbankan yang lebih hati-hati karena NPL sedikit meningkat. Kami sampaikan NPL sedikit meningkat jadi 3,2 persen. Kita lihat itu naik dari 2.9 persen, jadi 3 persen. Sekarang 3,2 persen," tutup dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya