Saingi Visa Cs, Bank BUMN Bikin Perusahaan Prinsipal Kartu Kredit

Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) akan segera mendirikan perusahaan prinsipal kartu kredit

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 23 Sep 2016, 08:00 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2016, 08:00 WIB
20160120-Pengguna-Kartu-Kredit-Jakarta-AY
Petugas menunjukkan desain terbaru kartu kredit Bank Mandiri sebelum dilakukan pencetakan di Jakarta, Rabu (20/1). Bank Indonesia memperkirakan pengguna kartu kredit di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 16 juta pengguna. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) akan segera mendirikan perusahaan prinsipal kartu kredit untuk mengurangi ketergantungan jasa prinsipal asing, seperti Visa dan Mastercard. Kehadiran perusahaan prinsipal nasional ini diharapkan dapat menghemat biaya operasional perbankan pelat merah.

Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk, Rohan Hafas mengatakan, pembentukan perusahaan prinsipal kartu kredit tersebut merupakan proyek bersama bank-bank BUMN bersama PT Telkom Tbk. Bank pelat merah ini, antara lain Bank Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN).

"Himbara ingin bikin Visa (perusahaan prinsipal kartu kredit) sendiri. Jadi semacam Visa dalam negeri," tegasnya saat acara Media Training Bank Mandiri di Belitung, Jumat (23/9/2016).

Menurut Rohan, langkah ini akan menghemat biaya operasional sangat signifikan, hingga mencapai triliunan rupiah setiap tahunnya. Biaya operasional itu meliputi, pengelolaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan mengurangi pembayaran fee terhadap prinsipal asing.

"Penghematan dari pembentukan perusahaan prinsipal lokal ini sangat luar biasa besar, bisa triliunan rupiah. Buat Bank Mandiri, kalau biaya transaksi turun cukup besar, bisa saja suku bunga kredit diturunkan lagi," jelas Rohan.

Ia menggambarkan betapa tergantungnya masyarakat Indonesia terhadap jasa perusahaan kartu kredit asing. Padahal setiap transaksi di Indonesia, sambungnya, perbankan nasional harus menyetor fee 1,5 persen ke prinsipal asing tersebut.

Misalnya, kata Rohan, masyarakat berbelanja pakai kartu kredit atau ATM Bank Mandiri logo Visa di Matahari Departement Store. Setiap transaksi tidak langsung pindah dari bank ke Matahari, tapi lewat Amerika Serikat (AS) atau Visa dulu karena dipungut fee 1,5 persen. Bayangkan transaksi belanja orang Indonesia yang sangat banyak.

"Makanya kalau bikin perusahaan prinsipal sendiri dari akun Bank Mandiri bisa langsung ke Matahari. Mungkin fee-nya (ke perusahaan prinsipal nasional) 0,25 persen. Itu kan penghematan yang luar biasa," terangnya.

Meski tak menyebut investasi masing-masing perbankan, Rohan berharap, pembentukan perusahaan prinsipal kartu kredit domestik ini bisa segera terwujud. "Mudah-mudahan segera tahun ini," tukasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya